Rabu, 30 Juni 2010

haa iki Inilah Rahasia Bakmi Yogya ala Mbah Surip

Inilah Rahasia Bakmi Yogya ala Mbah Surip
Rabu, 30 Juni 2010 | 09:25 WIB
 
Warta Kota/celestinus trias hp
Bakmi Yogya

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada banyak warung bakmi yogya di Jakarta. Masing-masing punya ciri khas dan rasa yang berbeda. Tapi bila Anda ingin mencoba rasa yang orisinil, datanglah ke warung Bakmi Yogya Mbah Surip.

Rasanya mantap karena menggunakan ayam kampung. Bakmi Yogya buatan Mbah Surip memang menggunakan ayam kampung asli, baik untuk membuat kaldunya maupun untuk campuran di dalam mi-nya.

Menurut Suripto, nama asli Mbah Surip, kalau tidak memakai ayam kampung, seperti ada yang kurang.

"Kalau tidak pakai ayam kampung lebih baik tidak jualan. Karena memang dari situ yang menentukan rasa khas, selain dari bumbu-bumbunya juga," kata Suripto membuka rahasia kelezatan masakannya.

Yang tak kalah penting, agar kaldunya terasa gurih. Mbah Surip menjaga bahan utamanya, yakni menggunakan ayam kampung betina. Dalam sehari biasanya dia memerlukan 25 ekor ayam yang direbus 4-5 jam hingga empuk.

Selain itu, bakmi yogya ini terasa halus karena dalam memasak mi tidak menggunakan merica. Karena setiap pelanggan memiliki selera pedas yang berbeda-beda.
"Jadi kalau suka lebih pedas, silakan tambah sendiri mericanya," katanya.

Pelanggan yang menyukai merica bisa membubuhi sendiri merica bubuk yang tersedia di meja, bersama cabai, sambal gerus, dan kecap. Selain tanpa merica, kuah bakmi yogya ini juga tidak menggunakan kemiri gerus. Kemiri pun ikut dimasak dalam rebusan ayam. Jadi kaldunya mendapatkan rasa gurih dari ayam dan kemiri.

Untuk bahan lainnya, Mbah Surip mengaku hanya menambahkan sayuran seperti kol, tomat, seledri, daun bawang, mi kuning, kekian buatan sendiri, dan telur. Atau disesuaikan dengan permintaan pelanggannnya. Selain menggunakan mi kuning, juga tersedia versi bihun bagi mereka yang tidak menyukai mi.

Dalam pengolahannya, masih digunakan anglo atau kompor yang menggunakan bahan bakar arang. Selain menimbulkan aroma yang khas, memasak dengan anglo ini pun sudah menjadi ciri khas dari bakmi Yogya.

Bakmi yogya ini bisa dimasak goreng atau rebus. Ada juga magelangan, yakni perpaduan mi dan nasi, baik goreng maupun rebus. Asal muasalnya magelangan ini, menurut Mbah Surip, kebanyakan orang kantoran di daerah Yogyakarta pada saat makan siang ingin berasa kenyang, sehingga dicampurlah mi dengan nasi.

Garansi

Di warung Mbah Surip, bukan hanya bahan yang dijaga kualitasnya, masakan pun diberi garansi. Jika ada pelanggan yang mendapat masakan yang tidak sesuai dengan pesanan yang diinginkannya, maka Mbah Surip bersedia menggantinya dengan yang baru yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

"Di sinilah keahlian koki diuji dalam memahami pelanggan," ujarnya.

Dibandingkan dengan umumnya bakmi yogya, porsi mi Mbah Surip relatif besar dan dijamin mengenyangkan. Harganya untuk yang spesial dengan tambahan ati-ampela, kepala, atau sayap, adalah Rp 18.000 per porsi.

Sedangkan yang biasa Rp 13.000 per porsi. Harga tersebut berlaku juga untuk magelangan, nasi goreng dan bihun.

Untuk menu tambahan lainnya, warung ini juga menyediakan tahu, tempe dan tempe gembus bacem, nasi goreng, serta sop kambing. Harga lauk baceman Rp 1.500 per potong. Sedangkan minuman yang patut dicoba adalah wedang ronde yang merupakan minuman jahe yang diberi ronde, kolang kaling, kacang tanah sangrai dan potongan roti tawar. Seporsinya hanya Rp 7.500.

Saking enaknya, bakmi yogya Mbah Surip juga menjadi favorit beberapa pejabat dan artis, di antaranya mantan Menteri Penerangan Harmoko, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan penyanyi keroncong Sundari Sukotjo.

"Apalagi pada saat acara halal bihalal di rumah beberapa pejabat, secara bergiliran saya harus memasak di sana. Tapi biasanya mereka pesan dulu sebulan sebelumnya. Kalau tidak, ya repot mengatur jadwalnya," tutur Mbah Surip. (Dian Anditya Mutiara)

Bakmi Yogya Mbah Surip
Jalan Ampera Raya 99
Jakarta Selatan


Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2010/06/30/09251594/Inilah.Rahasia.Bakmi.Yogya.ala.Mbah.Surip-8

haa iki Lupakan CR7, DV7 Lebih Oke

Striker Spanyol David Villa dengan seragam bernomor 7.
Rabu,30 Juni 2010 | 06:09 WIB
Lupakan CR7, DV7 Lebih Oke

CAPE TOWN, KOMPAS.com — Sebelum Piala Dunia 2010 berlangsung, nama Cristiano Ronaldo disebut-sebut bakal menjadi salah satu pemain paling tajam di depan gawang. Ternyata, ketajamannya kalah dibanding David Villa.
Kedua pemain itu membela klub berbeda. Ronaldo membela Portugal, sedangkan Villa memperkuat Spanyol. Namun, kedua striker itu sama-sama mengenakan nomor punggung 7. Bedanya, Ronaldo dikenal dengan sebutan CR7, sedangkan Villa mendapat atribut DV7.
Ketika kedua atribut itu saling berhadapan di babak 16 besar Piala Dunia, keduanya pun saling beradu tajam. CR7 yang menjadi pemain termahal di Real Madrid lebih banyak bermain di sayap kanan Portugal, sedangkan DV7 beroperasi di sayap kiri Spanyol.
Situs Marca.com mencatat, jarak tempuh yang dilalui Ronaldo di laga tersebut sedikit lebih unggul dibanding Villa. Ronaldo mondar-mandir sejauh 10 km, sedangkan Villa berlari sejauh kira-kira 9 km.
Catatan itu bisa dimaklumi karena Ronaldo selalu menjadi target serangan balik Portugal di laga tersebut. Dengan kecepatan larinya, pemain yang dijuluki CR9 di Madrid itu selalu beradu kecepatan dengan para jugador Spanyol.
Namun, hanya itu keunggulan Ronaldo dibanding Villa. Dari sisi produktivitas gol, Villa yang dijuluki "El Guaje" mencatat enam tendangan ke arah gawang, sedangkan Ronaldo hanya tiga kali. Dua di antaranya dibuat Villa pada tujuh menit awal babak pertama.
Villa yang mencetak gol tunggal di pertandingan tersebut juga memiliki catatan gol lebih banyak dibanding CR9, sebutan Ronaldo di Madrid. Dalam empat pertandingan Piala dunia ini, Villa sudah membukukan empat gol untuk Spanyol, sedangkan CR7 hanya sekali menjebol gawang Korea Utara.
Villa juga mencatat jumlah umpan lebih banyak dibandingkan Ronaldo. Dalam catatan FIFA, pemain baru Barcelona itu mengoper sebanyak 54 kali pada laga semalam, sedangkan CR7 hanya 26 kali. Dalam empat pertandingan, jumlah umpan total DV7 mencapai 158 biji dengan tingkat keberhasilan 70 persen. CR7 mengumpan 140 kali dengan kesuksesan 60 persen.

LHW

haa iki Mengapa Jerman Hebat?

Pemain Jerman, Sami Khedira (kiri) dan Bastian Schweinsteiger (kanan), berlatih menyundul bola dalam sesi latihan tim di Atteridgeville, Pretoria, Rabu (9/6).
Rabu,30 Juni 2010 | 08:48 WIB
Mengapa Jerman Hebat?

DUEL klasik hari Minggu (27/6) lalu antara Jerman dan Inggris bukan cuma sekadar pertarungan untuk penentuan tim ke perdelapan final. Lebih dari itu, laga yang digelar di kota Bloemfontein ini juga mempresentasikan perbedaan ideologi dan kultur antara dua negara besar sepak bola, yang selalu menjadi rival abadi di berbagai turnamen besar internasional. Pertanyaannya kemudian, mengapa Jerman lebih superior?

Sejak takluk dari Jerman Barat di semifinal Piala Dunia 1990 di Italia, sepak bola Inggris mengalami revolusi komersial yang membuat Liga Primer menjadi yang terkaya di dunia.

Ini terjadi setelah kontrol manajemen aset klub diserahkan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) ke pengelola Liga Inggris pada 1992. Pengelola Liga Inggris juga membuat aturan kepemilikan klub yang lebih longgar sehingga memungkinkan para miliarder asing berinvestasi dan menjadi pemilik klub baru.

Dengan suntikan dana segar, klub-klub Inggris leluasa membeli dan menggaji tinggi pemain asing yang menjadi bintang klub. Tak heran jika prestasi klub-klub Inggris ikut terangkat dan terbukti prestasinya paling konsisten di ajang Liga Champions dalam satu dekade terakhir.

Hadirnya pemain-pemain asing benar-benar menjadikan kompetisi Liga Inggris menjadi menarik. Premiership pun dikemas menjadi sebuah industri hiburan. Klub-klub berlomba membangun stadion baru dan FA menikmati pendapatan besar dari hak siar televisi.

Panggung bagi asing
Namun, ironisnya, pada saat bersamaan, kondisi tim nasional Inggris justru terus terpuruk. Tampaknya keglamoran Liga Inggris yang lebih memberi panggung bagi pemain asing berdampak negatif pada kesehatan timnas Inggris.

Di lain pihak, tim Jerman justru tampak semakin kuat. Meski sejak tahun 1990 Jerman tidak pernah lagi menjuarai Piala Dunia, mereka masih tampil konsisten. Minimal hasil terburuk mereka sampai di delapan besar.

Di turnamen lain, timnas Jerman juga berbicara banyak. Tahun 1996, mereka juara Eropa di tanah Inggris. Di Euro 2008, mereka juga mencapai final sebelum kalah dari Spanyol 0-1.

Di level yunior, timnas Jerman juga unjuk prestasi. Timnas U-19 Jerman juara di kejuaraan Eropa 2009. Baru-baru ini, timnas U-21 mereka juga tampil sebagai juara di kejuaraan Eropa.

Di Bundesliga
Sama dengan negara Eropa lainnya, kualitas tim Jerman juga tidak lepas dari kualitas liganya. Liga Jerman atau Bundesliga termasuk salah satu liga terkaya di Eropa. Meski masih kalah dengan Liga Inggris, Bundesliga punya nilai investasi hingga 500 juta poundsterling.

Dari total uang tersebut, sekitar 20 juta poundsterling dipakai untuk membangun sistem akademi pemain muda yang melibatkan 18 klub. Dibandingkan dengan Liga Inggris, pendekatan aturan pengelolaan finansial dan kepemilikan klub di Liga Jerman lebih ketat. Tidak ada seseorang atau entitas yang bisa memiliki lebih dari 49 persen saham klub.

Selain itu, ada aturan lain yang menetapkan, 51 persen saham klub harus dimiliki anggota klub. Tingkat utang klub juga dibatasi hanya boleh mencapai 30 juta poundsterling. Bandingkan dengan Inggris yang mencapai 3,3 miliar poundsterling. Klub juga tidak boleh mengagunkan asetnya untuk memperoleh pinjaman.

Semua kebijakan ini dimaksudkan agar klub terhindar dari kebangkrutan atau sewaktu-waktu dijual pemilik klub yang hanya memikirkan investasinya aman di klub. Kata kuncinya, keberadaan klub harus bertahan atau berkelanjutan. Tanpa klub, tak ada pembinaan pemain dan bahkan kompetisi juga bisa terancam sehingga muaranya ke timnas. Karena itu, Federasi Sepak bola Jerman (Deutscher Fussball Bund/DFB) tetap mengontrol keuangan klub dengan ketat. Kekuasaan ini tidak diserahkan ke pengelola liga.

Membangun tim
Dengan adanya keseimbangan dan pembagian kewenangan antara DFB dan Bundesliga, memungkinkan keduanya untuk menempatkan kepentingan yang lebih luas dari sekadar kompetisi liga. Mereka akhirnya bisa jauh memikirkan program yang lebih tinggi, yakni bagaimana membangun skuad timnas yang kuat.

Sebagai contoh, DFB dan Bundesliga sangat peduli dengan jumlah pemain lokal yang ada di setiap klub. Mereka mewajibkan klub memakai minimal 12 pemain lokal dari 25 pemain yang didaftarkan untuk kompetisi. Kondisi ini berbeda dengan Inggris yang hanya mewajibkan delapan pemain lokal dari 25 pemain yang didaftarkan untuk kompetisi. Apa yang diterapkan Inggris sesuai standar UEFA, tetapi akhirnya kebijakan itu tidak memberikan kesempatan yang luas bagi pemain lokal.

Dalam satu dekade terakhir, sistem akademi sepak bola Jerman rata-rata mendidik 5.000 pemain usia 12-18 tahun setiap tahunnya. Sistem ini ternyata memberi konsekuensi peningkatan jumlah pemain Jerman yang usianya di bawah 23 tahun yang bermain di kompetisi reguler Bundesliga, yakni sekitar 15 persen atau naik 6 persen dibandingkan dengan dekade sebelumnya.

Kondisi inilah yang terefleksikan pada timnas Jerman yang berlaga di Afrika Selatan. Tim ini merupakan tim yang terdiri atas pemain-pemain paling muda dari tim-tim Jerman sebelumnya di Piala Dunia, sejak 1934. Rata-rata pemain di tim Jerman sekarang berusia 25 tahun. Bandingkan dengan tim Inggris yang rata-rata usia pemainnya 28 tahun. Tim Inggris ini bahkan menjadi tim dengan rata-rata usia pemain tertua, dari tim-tim Inggris sebelumnya.

Sekretaris Jenderal DFB Wolfgang Niersbach dalam wawancara dengan BBC mengungkapkan, kunci keberhasilan Jerman memang dimulai kerja sama yang baik antara DFB dan Bundesliga. Semuanya berawal dari klub, sebelum bicara membangun timnas.

”Itu sebabnya kami selalu bekerja sama dan tentu saja selalu ada diskusi. Namun, di akhir semua itu kami selalu berupaya membuat keputusan yang benar untuk klub yang ujung-ujungnya juga untuk kepentingan timnas Jerman,” kata Niersbach.

Legenda Jerman, Franz Beckenbauer, mengatakan, kurangnya istirahat salah satu alasan mengapa Inggris tampak ”terbakar habis”. Inggris kini saatnya evaluasi. (Gatot Widakdo)

Sumber : http://worldcup.kompas.com/read/2010/06/30/08485611/Mengapa.Jerman.Hebat-4

haa iki "KRING GOWES"

"KRING GOWES"
Rabu, 30 Juni 2010 | 04:28 WIB

Nyaris Ketinggalan Rombongan

Seorang pesepeda nyaris ketinggalan rombongan Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta gara-gara bangun kesiangan saat menginap di Hotel Santika Yogyakarta, Selasa (29/6) pagi. Panitia rupanya lupa memberitahukan petugas hotel untuk membangunkan setiap peserta tim jelajah sepeda pada pagi hari. ”Saya tidak sempat makan. Bangun tidur, langsung cuci muka, pakai jersey (pakaian sepeda) dan gowes,” ujar pesepeda yang sudah berumur ini sambil menggerutu. Tak jelas penyebab ia bangun kesiangan. Meski begitu, hebatnya dia mampu menyelesaikan etape Yogyakarta-Semarang sejauh 118 kilometer. Sarapannya,....? Jalan tanjakan Yogyakarta-Semarang. (GUN)

 Fotografer Ketinggalan Kartu Memori


Seorang fotografer yang ikut dalam rombongan tim Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta sangat kecewa karena kartu memori untuk menyimpan data hasil jepretannya belum terpasang di kameranya. Kartu memori itu tertinggal di mobil yang dia tumpangi sebelumnya. Padahal, tanpa kartu memori, ia tak mungkin bisa memotret. Ia pun tidak mungkin balik ke mobil karena posisi mobil cukup jauh. Fotografer yang sudah berada di tempat bagus untuk mengambil foto pesepeda itu pun hanya bisa bengong menyaksikan para pesepeda melintas di depan matanya.... (gun) 

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/30/04280525/kring.gowes

haa iki Muhammadiyah dan Gerakan Pembaruan

Muhammadiyah dan Gerakan Pembaruan
Rabu, 30 Juni 2010 | 03:13 WIB
Oleh M Hilaly Basya
 
Tanggal 3-8 Juli 2010, Muhammadiyah akan melaksanakan muktamar ke-46 di Yogyakarta. Perhelatan ini disebut Muktamar Satu Abad Muhammadiyah.
Satu abad merupakan momen penting mengkaji ulang perjalanan dan perjuangan Muhammadiyah. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah, di depan 200 tokoh agama di Roma (17/06/2009), mengisyaratkan perlunya keterlibatan agamawan untuk menyuarakan dampak pembangunan yang tidak manusiawi. Menurutnya, sejauh ini pembangunan yang dilakukan negara-negara maju dinilai lebih berorientasi pada keuntungan kelas sosial tertentu dan cenderung memarginalisasi yang lainnya.
Dalam konteks nasional, pidato ini memiliki relevansi dengan kondisi pembangunan di Indonesia yang oleh beberapa pengamat dinilai cenderung mendiskriminasi kelas sosial tertentu. Bagaimana seharusnya tokoh-tokoh Muhammadiyah menyikapi kecenderungan ini?
Secara umum, peran agamawan—terutama tokoh-tokoh Islam—dalam kehidupan sosial di Indonesia cukup menggembirakan. Mereka berhasil melakukan reinterpretasi teks-teks agama dalam upaya modernisasi. Perubahan sosial yang terjadi di Indonesia sebagian besar tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan mereka. Kyai Haji Ahmad Dahlan, tokoh dan pendiri Muhammadiyah, misalnya, adalah salah satu agamawan yang memberikan teladan bagaimana menerjemahkan ajaran Islam dalam konteks pendidikan modern. Berdirinya ribuan lembaga pendidikan berbasis agama, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi modern, di kemudian hari meski tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh Dahlan, menggambarkan adanya kesinambungan gerakan modernisasi pendidikan tersebut.
Kecenderungan modernisasi berbasis agama ini berlanjut dalam proses demokratisasi di Indonesia. Peran ini juga melibatkan tokoh Islam berbagai organisasi, seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Persatuan Islam, Muhammadiyah, dan Nahdhatul Ulama. Bahkan, Indonesia dikategorikan negara berpenduduk Muslim terbesar yang berhasil membangun demokrasi. Kategori ini melampaui negara Muslim lain. Sejumlah penelitian menunjukkan, peran agamawan sangat signifikan dalam membangun demokrasi di Indonesia.
Melihat arus besar modernisasi yang melibatkan tokoh agama disimpulkan peran agamawan cenderung pada cultural struggle. Cultural struggle didefinisikan sebagai upaya memperjuangkan nilai-nilai modernitas, seperti demokrasi, pluralisme, toleransi, HAM, dan kebebasan berekspresi. Dalam batas tertentu, sebagian besar agamawan abai menyikapi ketidakadilan sosial akibat modernisasi.
Saya setuju dengan analisis Moeslim Abdurrahman, cendekiawan Muhammadiyah, bahwa reinterpretasi teks dan semangat pembaruan seharusnya dilandasi pembacaan kritis konteks sosial saat ini. Dalam refleksi tersebut, penafsir diajak merenungkan konteks sosial seperti apa yang sedang dihadapi. Tanpa mengidentifikasi konstruksi sosial di mana teks tersebut ingin dicari makna barunya, penafsiran ini akan kehilangan makna pembebasannya. Dengan begitu, tafsir teks yang responsif terhadap problem sosial yang krusial dapat ditemukan. Penggabungan hermeneutika sosial dan hermeneutika teks adalah prasyarat penting membangun tafsir yang peka terhadap dampak pembangunan.

Hermeneutika sosial

Sejauh ini tokoh-tokoh Muhammadiyah kurang dalam melakukan pembacaan konteks sosial. Ini menyebabkan organisasi Muhammadiyah kurang cekatan dalam memproduksi tafsir dan fatwa yang terkait dengan problem sosial semacam kemiskinan, penggusuran, dan pendidikan mahal. Alih-alih menghasilkan fatwa yang kritis terhadap dampak modernisasi dan kapitalisasi, Majelis Tarjih Muhammadiyah lebih berkutat dengan persoalan-persoalan ibadah dan TBC (takhayul, bidah, dan churafat).
Tanggung jawab para agamawan terhadap kehidupan publik merupakan bagian penting keberagamaan dan kesalehan. Karena itu, kualitas keagamaan seseorang sepatutnya diukur dari sejauh mana kepeduliannya terhadap persoalan sosial di sekitarnya. Seorang Muslim yang tidak peduli dengan problem sosial di lingkungannya dinyatakan oleh Al Quran sebagai orang yang melalaikan salat, bahkan pendusta agama (lihat surat Al-Ma’un). Sungguh pun keyakinan agama itu bersifat privat, ekspresi keberagamaan itu sejatinya memancar ke masyarakat.
Bukan dalam bentuk pendisiplinan, melainkan penegakan nilai kemanusiaan dan keadilan yang dibutuhkan bagi tegaknya masyarakat yang beradab. Ajaran amr ma’ruf nahy munkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran) yang selama ini menjadi doktrin dakwah para ulama menjadi kunci hermeneutika yang penting dalam gerakan agamawan dalam mengkritik ketidakadilan sosial. Kemungkaran sosial dalam konteks masyarakat kontemporer banyak berkaitan dengan dehumanisasi, seperti penjualan manusia, pengabaian hak pekerja, dan keberpihakan negara terhadap pemodal ketimbang kepentingan masyarakat luas. Keberpihakan terhadap masyarakat marginal meniscayakan kepedulian tokoh agama dalam membangun tafsir kritis terhadap dampak modernisasi dan pembangunan.
Dengan demikian, ajakan Din Syamsuddin untuk merevitalisasi gerakan pembaruan Muhammadiyah merupakan poin penting dalam mengkaji ulang peran sosial yang akan dimainkan Muhammadiyah pada masa mendatang. Mudah-mudahan hal ini akan menjadi bahan renungan bagi para muktamirin nanti.
M Hilaly Basya Pengajar Studi Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta

Sumber :  http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/30/03135069/muhammadiyah.dan..gerakan.pembaruan

haa iki AKU MATA HARI 54

AKU MATA HARI
Rabu, 30 Juni 2010 | 04:42 WIB

Sebelum memeriksa, Hoedt menyuruh aku menaruh saja Norman John di ranjang dekat situ, lalu menuntun aku berbaring di ranjang yang lain.
Kemudian, sembari melakukan pekerjaannya, menyuruhku dengan tidak lisan tapi dengan mendorong kedua lututku supaya aku bisa mengangkang di atas ranjang, dia bercerita jenaka—dalam bahasa Belanda disebut ’moppig’ atau ’mop’—tentang perbedaan antara orang Arab dan orang Cina.
Katanya, ”Anda tahu beda orang Cina dengan orang Arab?”
”Tidak,” kataku enteng, tapi disertai juga dengan jerit geli karena dia memegang sesuatu yang sangat sensitif di tubuhku.
”Begini,” kata dia. ”Orang Cina itu dididik untuk harus pandai bilang ’ya’, dan orang Arab dididik juga untuk harus pandai bilang ’tidak’.”
”Bagaimana itu?”
”Itu dibuktikan melalui cara mereka membaca kitab ’goed bericht’ dalam masing-masing huruf Cina dan Arab. Tulisan Cina itu tersusun dari atas ke bawah, jadi kalau orang Cina membaca ’goed bericht’, pasti kepalanya kelihatan bergoyang angguk-angguk atas-bawah, atas-bawah. Sedang tulisan Arab itu tersusun dari kanan ke kiri, jadi kalau orang Arab membaca ’goed bericht’, pasti kepalanya kelihatan bergoyang geleng-geleng kanan-kiri, kanan-kiri. Itu artinya, Cina bilang ’ya’, Arab bilang ’tidak’.”
Cara dia bercerita itu lucu, karena dia memperagakan gerakan kepalanya seperti badut Italia di pasar-malam Amsterdam.
Kemudian, setelah selesai memeriksa-meriksa, dia tarik kakiku, menutup kembali rok yang disingkapnya tadi.
”Bagus,” katanya, berjalan meninggalkan ranjang, dan duduk di kursi belakang meja. ”Saran saya, lebih baik malam ini Anda sudah menginap di sini, sebab barangkali nanti malam, atau paling lambat besok pagi, Anda melahirkan.”
”Benarkah?” kataku, senang, sambil berdiri dari ranjang, lantas mengambil Norman John, dan menggendongnya.
”Tentu,” kata Hoedt. ”Tapi kalau Anda mau pulang dulu, meninggalkan anak Anda itu di rumah bersama ayahnya, itu baik sekali.”
”Tidak,” kataku segera. ”Tidak usah. Biar anak saya ini tinggal bersama saya di sini. Toh, kalau tidak salah, ayahnya besok berangkat ke Aceh.”
”Wah, saya bisa membayangkan betapa Anda akan sangat repot menjalani hidup di Batavia.”
”Saya sudah terbiasa repot sebelum saya berada di Batavia. Rasanya hidup dengan kerepotan lebih baik ketimbang bengong dalam kesepian.”
”Tapi dengan dua orang anak yang masih kecil, Anda akan lebih celaka daripada hanya sekadar repot.”
”Memang. Tapi mudah-mudahan saya tidak keliru juga, bahwa keadaan celaka dalam hidup tidak permanen, sebab semuanya ini sementara.”
”Oh? Anda hebat. Berapa umur Anda?”
”21.”
”Hm, Anda 21, tapi berbicara seperti orang 61.”
”Apakah itu salah?”
”Tidak. Tentu tidak. Tapi, apa Anda mau mendengar saran saya?”
”Tentu saja.”
”Ini Batavia. Anda harus punya babu di sini.”
”Saya belum tahu di mana saya bisa mendapatkannya. Saya belum seminggu di sini.”
”Kalau begitu, nanti, setelah melahirkan, Anda harus menemui Tan Tiong Djien di Kramat Bunder.”
”Siapa dia?”
”Dia penyalur babu terkenal di Batavia. Anda bisa pilih babu yang Anda suka di tempat penampungannya. Dan, saran saya, jangan pilih babu yang muda. Sebab, yang muda-muda itu ’gevaarlijk’. Dalam keluguannya, yang nyaris mesti dibilang padan dengan kedunguan, babu-babu muda itu malah menarik perhatian dan selera lelaki-lelaki Barat. Agaknya sarjana-sarjana di Leiden sana perlu membikin seminar tentang: mengapa lelaki-lelaki Barat di Jawa gampang ereksi pada babu-babu.”
Aku langsung terdiam. Sekonyong pikiranku sesak, seperti dijajah prasangka. Aku mengumpat dalam hati, entah kepada siapa.
”Songong!”
Sebaliknya Hoedt ketawa tanpa mengetahui apa yang terjadi di kepalaku sekarang.
91) harafiahnya ’berita baik’, istilah awam untuk ’injil’
92) berbahaya

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/30/04424059/aku.mata.hari

haa iki Cintai Yogya, Cintai Sepeda...


KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Sejumlah ruas jalan di Yogyakarta telah dilengkapi jalur khusus untuk pengguna sepeda sebagaimana ditemukan di Jalan Panembahan Senopati, Selasa (29/6). Pengguna sepeda juga mendapatkan fasilitas ruang tunggu sepeda di sejumlah persimpangan jalan.
45 TAHUN
Cintai Yogya, Cintai Sepeda...
Rabu, 30 Juni 2010 | 04:43 WIB

Dua penggal puisi getir budayawan Sindhunata itu serasa pas menggambarkan Kota Yogyakarta saat ini. Gambaran tentang Yogyakarta sebagai kota sepeda tampaknya hanya kenangan masa lalu, yang kini sudah sulit ditemukan lagi.
Di mana-mana mobil dan sepeda motor. Yogyakarta mulai menjiplak dosa kota-kota lain di negeri ini, terutama Jakarta, yang memandang kemajuan dari motorisasi kendaraan pribadi.
Pukul 01.00 dini hari di sepanjang jalan Yogyakarta-Bantul, dalam gigil dingin setelah gerimis mengguyur, kami mencari jejak roda-roda sepeda yang dulu pernah menghidupi kota ini. Adalah Muntowil, Ketua Paguyuban Onthel Djogjakarta, yang mengisahkan rombongan perempuan bersepeda yang pergi ke pasar setiap dini hari sambil membawa obor.
Namun, hingga menjelang subuh hingga hampir semua pedagang memasuki pasar, mbok-mbok dengan obor itu lebih menyerupai legenda dibandingkan dengan kenyataan. Kebanyakan pedagang pergi ke pasar naik sepeda motor atau angkutan umum. Hanya beberapa yang melintas dengan sepeda, tetapi tak ada lagi obor. Yogyakarta sepagi itu sudah benderang oleh lampu listrik dan ramai deru kendaraan bermotor.
Ketika siang datang, gambaran tentang Yogyakarta yang maunya bergegas, walau ternyata justru macet karena saking banyaknya mobil dan sepeda motor, semakin menegas. Lalu lintas Yogya mengingatkan pada Jakarta. Mobil-mobil memacetkan jalan.
Ke mana perginya ontel-ontel tua dan penunggangnya yang dikenal ramah itu?
Kerinduan pada wajah Yogyakarta yang ramah itu terbayar oleh perjumpaan dengan Mbah Lanjar (77), penjual tape bersepeda ontel asal Janti, Sleman, Yogyakarta. Lelaki sepuh itu serasa pas mewakili Yogyakarta masa lampau. Yogyakarta yang penuh cinta.
Mbah Lanjar merasa sehidup semati dengan sepeda. Sudah 35 tahun dia berjualan dengan bersepeda. Walau di rumahnya sudah ada sepeda motor, dia tak mau menggunakannya.
”Kalau naik sepeda motor atau sama sekali berhenti bersepeda, badan saya sakit semua. Jadi, bersepeda ini membuat saya sehat. Setua ini saya tak pernah ke rumah sakit,” katanya.
Dia adalah saksi kejayaan sepeda ontel di Yogyakarta. Sebelum tahun 1970-an, menurut Mbah Lanjar, jalanan Yogyakarta disesaki sepeda ontel. ”Sampai berlapis-lapis memenuhi jalan. Kini, sepeda sudah digantikan sepeda motor. Saya juga disuruh anak saya agar memakai motor, tetapi saya enggak mau,” kata dia.
Dengan bersepeda, Mbah Lanjar merasa tak turun harkat dan martabatnya. Fungsi sosial di jalanan pun masih ia jalankan dengan menyapa ramah para pelanggan dan mengobrol soal apa saja, termasuk soal sepeda ontel. Tak hanya berjualan, ia sekaligus membangun kekerabatan dengan para pelanggan.
Hampir setiap siang, biasanya pukul 12.30, Mbah Lanjar nongkrong di Kantor Institute of Development and Economic Analysis (IDEA), lembaga penelitian di Yogyakarta. Di kantor itu ia sudah dianggap sebagai warga IDEA. Begitu datang, dia duduk mengaso di dalam kantor, mendapat jatah teh manis, dan mengobrol dengan para peneliti di bidang ekonomi itu.
Begitu diajak bicara tentang Yogyakarta masa lalu dan ontel, Mbah Lanjar yang seharian bersepeda tiba-tiba bersemangat lagi. Dia akan menerangkan soal pernik-pernik sepeda, juga tentang bagaimana wajah Yogyakarta pada era kejayaan sepeda.
Namun, begitu tersadar pada kenyataan masa kini, wajahnya tampak kecewa, terutama ketika dia terkenang peristiwa dua tahun silam saat sepedanya ditabrak sepeda motor yang ngebut. ”Yogya sudah disesaki sepeda motor. Cucu saya juga enggak mau bersepeda, duh gimana lagi,” katanya.

”Segosegawe”

Sadar akan lalu lintas Kota Yogyakarta yang makin disesaki kendaraan bermotor, warga kota ini pun makin resah. Tak terkecuali Pemerintah Kota Yogyakarta. Sebuah ikrar dibuat: ”segosegawe”, sepeda kanggo sekolah lan nyambutgawe. Artinya kurang lebih adalah ajakan menggunakan sepeda ke sekolah dan pergi ke tempat kerja.
Tak hanya berslogan, Pemerintah Kota Yogyakarta maju selangkah dibandingkan dengan kota-kota lain. Mereka membuat jalur sepeda di jalan utama, memberi arah jalur alternatif buat pesepeda, dan membuat ruang tunggu pesepeda di sejumlah lampu merah. Lebih dari itu, aparat pemerintah kota ini pun mau memberi contoh.
Setiap hari Jumat, lingkungan Balaikota Yogyakarta tak boleh dijamah kendaraan bermotor. Hanya pejalan kaki serta sepeda kayuh dan becak yang boleh memasuki kawasan ini. Beberapa pejabat yang rumahnya di luar kota biasanya menaruh kendaraan bermotor mereka di batas kota, lalu bersepeda ke tempat kerja. Adapun Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, yang gila bersepeda, memilih bersepeda dari rumahnya ke kantor.
Sejak diikrarkan dua tahun silam, gerakan ”segosegawe” ini masih tertatih. Jalur sepeda yang dibuat dari cat putih di aspal lebih sering dipakai parkir mobil atau becak. Walaupun jumlah pesepeda bertambah, pertambahan kendaraan bermotor lebih berlipat lagi.
Yogya tak boleh menyerah. Setidaknya, gelora cinta pada Yogya yang diwujudkan dengan bersepeda itu mulai bersemi kembali. Masih ada harap sebagaimana diingatkan Sindhunata: //... Sepeda onthel sepeda Jawa/Saksi mata bagi kita/Kota ini pernah bersemi dengan cinta...//
(Ahmad Arif/Amir Sodikin)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/30/04432298/cintai.yogya.cintai.sepeda...

haa iki Jepang Gagal Jaga Kehormatan Asia


AFP/JEWEL SAMAD
Striker Paraguay, Oscar Cardozo, menyarangkan bola lewat tendangan penalti ke gawang Jepang yang dikawal Eiji Kawashima. Gol ini memenangkan Paraguay dengan skor 5-3 atas Jepang pada babak perdelapan final Piala Dunia, Selasa (29/6) di Stadion Loftus Versfeld di Pretoria.

Jepang Gagal Jaga Kehormatan Asia
Rabu, 30 Juni 2010 | 04:44 WIB

Pretoria, Kompas - Jepang tersingkir secara dramatis dari Piala Dunia 2010. Jepang kalah dalam drama adu penalti 3-5 dari Paraguay dalam laga babak 16 besar di Pretoria, Selasa (29/6).
Seperti dilaporkan wartawan Kompas MH Samsul Hadi dari Pretoria, dengan kemenangan itu, Paraguay berhasil mempertegas dominasi Amerika Latin di kancah Piala Dunia 2010. Paraguay menjadi negara Amerika Latin keempat yang meloloskan diri ke babak perempat final.
Sebanyak lima negara anggota Konfederasi Sepak Bola Amerika Latin (Conmebol) lolos ke Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Kelima negara itu—Brasil, Argentina, Uruguay, Cile, dan Paraguay—berhasil melaju ke putaran kedua. Cile lantas kandas di babak 16 besar setelah ditaklukkan Brasil.
Dari tujuh kali keikutsertaan Paraguay di ajang Piala Dunia sebelum tahun 2010, hasil terbaik mereka adalah mencapai putaran kedua. Kemenangan atas Jepang yang mengantar mereka ke perempat final pun menjadi prestasi terbaik Paraguay.
Kekalahan Jepang disebabkan oleh kegagalan tendangan penalti Yuichi Komano. Sebagai orang ketiga yang melakukan penalti, Komano menendang bola terlampau tinggi sehingga bola mengenai tiang gawang yang dijaga Justo Villar.

Tendangan bebas 

Menghadapi Paraguay, Jepang memiliki setidaknya dua peluang emas di babak pertama. Keduanya berasal dari tendangan keras dari luar kotak penalti.
Salah satunya dilakukan Keisuke Honda. Pemain CSKA Moskwa ini mencetak dua gol selama penyisihan grup, antara lain gol tunggal yang mengantar Jepang menang 1-0 atas Kamerun.
Pada babak kedua, Jepang mengalami banyak tekanan. Berkali-kali Paraguay berhasil menembus kotak penalti Jepang. Namun, Jepang tidak mau kalah. Mereka juga berkali-kali menembus pertahanan Paraguay dan mengancam gawang yang dijaga Justo Villar.
Setelah kedua babak reguler berakhir 0-0, laga dilanjutkan dengan perpanjangan waktu 2 x 15 menit. Kedua tim sama-sama menyuguhkan permainan menyerang. Peluang emas Paraguay dalam babak pertama perpanjangan waktu antara lain terjadi ketika Edgar Barreto berusaha memanfaatkan tendangan pojok.
Barreto dimainkan pada menit ke-75. Ia menggantikan Nestor Ortigoza.
Ia memanfaatkan kemelut di depan gawang Jepang yang dikawal Eiji Kawashima. Sayangnya, tendangannya hanya membuat bola melewati mistar atas gawang.
Pada babak perempat final, lawan Paraguay masih belum dapat ditentukan. Lawan mereka merupakan pemenang duel Spanyol versus Portugal. Sampai berita ini diturunkan duel tim unggulan itu masih berlangsung.
Sebelum dipukul Uruguay 1-2 di babak 16 besar, Korea Selatan adalah negara Asia kedua yang lolos ke babak kedua Piala Dunia 2010.

Tidak pernah menang

Aksi Kapten Makoto Hasebe dan kawan-kawan di babak 16 besar gagal mengakhiri kebuntuan tim Asia saat menghadapi negara Amerika Latin. Sepanjang sejarah, tidak pernah ada tim Asia mengalahkan tim Amerika Latin di ajang Piala Dunia.
Dari 10 pertemuan di antara kedua kubu, Amerika Selatan menang delapan kali dan seri dua kali. Kedua laga seri itu ialah Korea Utara versus Cile pada 1966 yang berakhir 1-1 dan Korea Selatan melawan Bolivia pada 1994 yang berakhir 0-0.
Sebelum laga, banyak orang Jepang yang optimistis bahwa negeri mereka akan mengalahkan Paraguay. Kinerja Jepang yang mengilap di penyisihan grup, yakni mengalahkan Kamerun dan Denmark, menjadi dasar optimisme tersebut.
Nozomi Hiroyama yang bermain di Liga Paraguay mengungkapkan optimisme menjelang laga bahwa Jepang bisa memenangi laga. ”Kalau Jepang bisa membuat Paraguay kehilangan kesabaran dan memanfaatkan lemahnya pertahanan mereka, itu bakal menjadi skenario ideal bagi Jepang untuk meraih kemenangan,” ujarnya.
Hiroyama, yang tak termasuk dalam skuad Jepang yang turun di Afrika Selatan, bermain di klub Paraguay, Thespa Kusatsu. Hiroyama berhasil mencetak gol dalam Copa Libertadores.
”Honda, buatlah sejarah pada malam ini,” tulis Nikkan Sports menjelang duel Jepang versus Paraguay. Warga Jepang tidak ketinggalan menaruh harapan tinggi terhadap tim nasional mereka. ”Saya memercayai tendangan (Keisuke) Honda dan tendangan bebas (Yasuhito) Endo,” kata Koichi Ogata (31). Untuk menyambut laga Jepang versus Paraguay, ia memangkas harga bir di penginapannya menjadi tinggal separuhnya. (ato)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/30/04442016/.jepang.gagal.jaga.kehormatan.asia

haa iki Tabung dan Selang Ditarik

Tabung dan Selang Ditarik
Masyarakat Harus Tunjukkan Kartu Perdana Konversi
Rabu, 30 Juni 2010 | 04:43 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah segera menarik jutaan selang, regulator, dan katup tabung elpiji 3 kilogram yang tidak memiliki Standar Nasional Indonesia atau SNI. Pemerintah menyiapkan komponen penggantinya, tetapi harus ditebus sekitar Rp 45.200 untuk wilayah Jakarta.
Tabung elpiji, kompor, dan aksesorinya sebelumnya dibagikan secara gratis kepada rumah tangga tidak mampu terkait
dengan program pemerintah untuk konversi pemakaian minyak tanah ke elpiji. Pemerintah menjualnya sesuai dengan harga pabrik di stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE). Hingga program subsidi konversi minyak tanah selesai, tercatat 45 juta tabung elpiji, kompor, dan aksesorinya telah dibagikan dan beredar di masyarakat.
Kementerian Perdagangan dan Polri ditugaskan melakukan pengawasan dan jika menemukan produk tersebut yang tidak memenuhi standar SNI harus segera menariknya dari pasaran.
Demikian disampaikan oleh Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Indroyono Soesilo kepada Kompas di Kantor Menko Kesra seusai dipanggil secara mendadak oleh Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (29/6).
Saat dipanggil, Indroyono antara lain didampingi Ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto. ”Wapres minta segera disiapkan penggantinya dengan cara penjualan selang, katup, dan regulator tabung di SPBE dengan harga pabrik,” ujarnya.
Indroyono mengatakan, sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 61/M-Ind/ Per/6/2009 tentang Harga Resmi Tabung Baja Beserta Aksesorinya untuk Usaha Mikro dalam Rangka Program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji, harga selang tabung sesuai dengan harga pabrik Rp 12.435, sedangkan harga regulator Rp 17.774 dan katup Rp 15.000. Total Rp 45.209. Untuk yang di luar Jakarta akan ada tambahan biaya transportasi.
Menurut Indroyono, tabung elpiji 3 kilogram tidak akan dijual. ”Namun, Pertamina akan menjaminnya dengan prosedur melakukan inspeksi dan pengawasan ketat. Tabung tidak boleh bocor. Kalau ada kebocoran, Pertamina harus mengganti tabungnya. Jika ada ledakan, Pertamina harus bertanggung jawab,” kata Indroyono.

Sosialisasi intensif

Wapres Boediono dalam pengarahannya, kata Indroyono, sangat prihatin dengan adanya korban di masyarakat akibat penggunaan tabung elpiji 3 kilogram. Wapres meminta pengawasan dan sosialisasi serta pembatasan jangka waktu pemakaian tabung.
”Sosialisasi yang dimaksud adalah pengawasan dan sosialisasi yang optimal. Untuk sosialisasi, misalnya nomor pelayanan konsumen dengan nomor 021-500.000 dan ponsel nomor 021-791-73000 yang ditempelkan di tabung elpiji, juga supaya dibuat poster dan leaflet serta penyampaian langsung kepada masyarakat,” kata Indroyono.
Indroyono mengatakan, Pertamina juga diminta segera menambah zat pembau dalam komponen elpiji agar elpiji yang bocor segera dapat dideteksi oleh konsumen. ”Selain juga nomor SNI dalam hologram yang ditempel di tabung agar tidak dipalsukan pihak lain,” ujarnya.
Untuk menyusun standardisasi inspeksi tabung elpiji, Badan Standar Nasional (BSN) mendapat tugas di tingkat SPBE dan menyusun tambahan parameter SNI untuk karet (rubber seal), handling tabung, dan umur selang. ”Kementerian Perdagangan dan Polri harus terjun untuk mengawasinya. Yang tidak sesuai dengan SNI, Kementerian Perdagangan dan Polri harus segera menariknya dari pasaran,” kata Indroyono.
Mengenai tanggung jawab Kementerian Perindustrian, Indroyono menyatakan, kementerian tersebut harus bertanggung jawab untuk produksi di pabrik dan pengawasannya.
”Pertamina harus mengawasi dan menginspeksi apakah tabung gas yang berisi itu siap dan tidak bocor. Kalau bocor, harus ditarik. Kalau ada tabung yang meledak, itu tanggung jawab Pertamina,” tutur Indroyono
Vice President Komunikasi PT Pertamina Basuki Trikora menegaskan, Pertamina tidak menanggung biaya penggantian selang tabung elpiji. ”Selama ini paket perdana konversi minyak tanah ke elpiji menggunakan dana APBN, bukan dana Pertamina,” katanya.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi di bawah Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Pertamina hanya ditunjuk sebagai penjual selang elpiji berstandar SNI. Harga selang itu sesuai surat keputusan Menteri Perindustrian terkait spesifikasi yang ada unsur paket perdana konversi. Hal ini dilatarbelakangi maraknya peredaran selang elpiji yang tidak ber-SNI di pasaran.
”Pertamina nantinya hanya menjual selang elpiji berstandar SNI dengan harga murah itu kepada masyarakat penerima paket perdana konversi minyak tanah ke elpiji. Untuk membeli selang itu, masyarakat harus menunjukkan kartu hijau atau kartu penerima paket perdana konversi,” katanya.
Karena baru ditunjuk kemarin, sejauh ini petunjuk pelaksana teknis dan mekanisme penjualan selang elpiji itu belum dirumuskan, termasuk saluran distribusi selang tersebut. (HAR/EVY/COK/YUN)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/30/04435211/tabung.dan.selang.ditarik.

haa iki

---- haa iki mulai besok ga ada lagi MATA HARI ----

haa iki Pemerintah Sulit 'Kendalikan' Muhammadiyah

30/06/2010 - 07:29
Pemerintah Sulit 'Kendalikan' Muhammadiyah
MA Hailuki
 
 
INILAH.COM, Jakarta- Muhammadiyah sebentar lagi akan menggelar Muktamar Satu Abad, (3/7) di Yogyakarta. Di usia yang sudah sepuh saat ini, Muhammadiyah masih tetap konsisten bersikap kritis terhadap pemerintah.
Di bawah kepemimpinan Din Syamsuddin, Muhammadiyah tetap pada garisnya yang tidak mudah dikooptasi pemerintah, bahkan bisa dikatakan kerap berseberangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Terutama penyikapan terhadap kasus-kasus korupsi semisal mega skandal BLBI dan Bank Century.
Pada kurun 2004 hingga 2009, Din membawa Muhammadiyah dekat dengan kalangan oposisi, terutama PDI Perjuangan. Din selalu hadir dalam acara-acara seremonial besar yang diselenggarakan PDIP.
Ketika Pilpres 2009, Din sempat melakukan manuver mengumpulkan Megawati Soekarnoputeri dan Jusuf Kalla di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta guna mendesak KPU dan pemerintah menyelesaikan persoalan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang kacau balau.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, sikap Muhammadiyah yang cenderung berseberangan dengan pemerintah adalah bagian dari karakter yang tak bisa dipisahkan. Sebab, sebagai Ormas Islam besar dan salah satu yang tertua di Indonesia, Muhammadiyah memiliki jati diri sebagai penyeru kebaikan dan pencegah kemunkaran.
"Apa yang dilakukan Din Syamsuddin dilakukan juga oleh pendahuluanya, Syafii Maarif dan Amien Rais. Bahkan pada saat akhir era orde bari dan awal reformasi, Amien Rais begitu kritis terhadap pemerintah," ujar Qodari kepada INILAH.COM selasa (29/6) malam.
Qodari menilai, Muhammadiyah secara organisasi maupun individual selama ini telah memainkan peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kader-kader Muhammadiyah tersebar di berbagai partai politik, keberadaan mereka bukan sekadar pelengkap, melainkan figur-figur yang menentukan arah partai tersebut.
Sikap Muhammadiyah yang kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah lanjut Qodari, harus diakui membuat adanya jarak dan kesan 'perang dingin'. Khususnya antara Din Syamsuddin dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Tidak dapat dipungkiri, bagaimanapun juga ada kesan Presiden SBY tidak nyaman dengan kritik-kritik Muhammadiyah yang dilontarkan Din Syamsuddin," ujar Qodari.
Oleh karena itu, sangatlah beralasan bila SBY lebih memilih umrah ketimbang membuka langsung Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Meski tetap membuka Muktamar melalui media teleconfrence, namun ketidakhadiran SBY harus diartikan sebagai sinyal bahwa SBY selama ini kurang nyaman dengan ormas Islam berlambang matahari bersinar itu.
"Dalam politik tidak ada yang kebetulan, jadwal umrah itu bisa diatur. Mungkin ini sinyal kapada calon ketua umum Muhammadiyah yang baru bahwa selama ini SBY tidak nyaman dengan Muhammadiyah."
Lalu mengapa SBY masih mau membuka muktamar via teleconfrence? menurut Qodari, SBY masih memperhitungkan bobot politik Muhammadiyah di kancah nasional. Jika SBY tidak bersedia sama sekali membuka Muktamar Satu Abad yang sangat monumental bukan tidak mungkin warga Muhammadiyah akan mengingat dan mencatat SBY sebagai pemimpin yang tidak arif dan bijak.
"Bagaimanapun juga Muhammadiyah bukan organisasi kecil, ada sejarah dan tokoh dan ada peranan yang tidak sedikit terhadap bangsa ini. Itulah yang jadi pertimbangan SBY, belum lagi kader-kader Muhammadiyah di berbagai parpol bisa tersinggung juga," jelas Qodari.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPP Partai Demokrat Max Sopacua mengatakan, ketidakhadiran SBY secara fisik di Yogyakarta tidak memiliki motif politis apa pun. Max membantah isu yang berkembang seolah-olah kondisi itu mencerminkan hubungan pemerintah dengan Muhammadiyah kurang harmonis. Apalagi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin memang sering melayangkan kritik tajam terhadap pemerintahan.
Din Syamsuddin pun sudah menyampaikan kepada warga Muhammadiyah untuk tidak berburuk sangka kepada Presiden SBY. Din menjelaskan, dari Kanada dan Turki, Presiden langsung menunaikan ibadah umrah.
“Saya yakin tidak ada niat Presiden untuk meremehkan atau merendahkan Muhammadiyah dengan pembukaan seperti itu,” papar Din.[mah]

Sumber : http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/06/30/633421/pemerintah-sulit-kendalikan-muhammadiyah/
 

haa iki

menyusur tanah untuk 12 pas, 5 kali kesempatan.

Selasa, 29 Juni 2010

haa iki Ditanya Apakah Bonaran Pantas Pimpin KPK, Bibit Ngakak

Selasa, 29/06/2010 21:18 WIB
Ditanya Apakah Bonaran Pantas Pimpin KPK, Bibit Ngakak
Laurencius Simanjuntak - detikNews


Foto: Bonaran Situmeang (dok.detikcom) 
Jakarta - Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto ngakak (tertawa lebar) ketika ditanya soal pantas atau tidak Bonaran Situmeang menjadi pimpinan KPK. Pengacara Anggodo Widjojo itu diketahui masuk dalam 145 nama calon pimpinan KPK yang lolos seleksi administrasi.

"Ha-ha-ha-ha. Anda semua yang menilai," kata Bibit dalam acara Obrolan Langsat di warung angkringan, Jl Langsat, Kebayoran, Jaksel, Selasa (29/6/2010) malam.

Chandra M Hamzah, rekannya sesama pimpinan KPK, mencoba menjelaskan makna tertawa Bibit itu.

"Bisa dilihat dari senyumnya Pak Bibit," kata Chandra saat Bibit belum berhenti tertawa.

Chandra menambahkan, pimpinan KPK yang sedang dijaring oleh panitia seleksi haruslah orang yang tidak mempunyai rekam jejak buruk.

"Harus orang yang tidak ber-track record buruk. Merubah kebiasaan setelah umur 40 tahun (umur minimal pimpinan KPK-red)  itu susah. Pimpinan KPK juga orang yang tidak pernah melakukan deal-deal gelap denga orang-orang yang gelap," ujar Chandra.

(lrn/anw)

Sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/06/29/211850/1389662/10/ditanya-apakah-bonaran-pantas-pimpin-kpk-bibit-ngakak?991102605 

haa iki Bawaslu: Andi Nurpati Bak Kutu Loncat

29/06/2010 - 21:08
Bawaslu: Andi Nurpati Bak Kutu Loncat
Irvan Ali Fauzi
Andi Nurpati
(inilah.com/Agus Priatna)
 

INILAH.COM, Jakarta - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Nurhidayat Sardini menilai Andi Nurpati, anggota KPU yang memilih menjadi pengurus DPP Partai Demokrat seperti kutu loncat.
"Saat ada peluang, dia loncat. Siapapun orang akan setuju dgn pendapat saya," ujar Nurhidayat usai sidang Dewan Kehormatan KPU, Selasa (29/6).
Ia menilai saat ini Andi sangat ambisius untuk menjadi pengurus DPP Partai Demokrat.
"Berdasarkan keterangan Bu Andi, dia ingin mempercepat penghentian. Andi lebih mempertimbangkan prospek setelah berhenti nanti," imbuh Nurhidayat.
Menurutnya, sebagai penyelenggara dan pengawas Pemilu, anggota KPU dan Bawaslu tidak boleh mengedepankan kepentingan.
"Sumpah jabatan anggota KPU dan Bawaslu sama saja. Tidak mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan. Kritik itu biasa, untuk menjadi pejabat, dimaki-maki. Saya juga mencatat hal-hal yang tidak enak. Tapi itu tidak menjadi alasan," tandasnya. [iaf/mut]

Sumber : http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/06/29/633401/bawaslu-andi-nurpati-bak-kutu-loncat/

" ayu-ayu kok kutu loncat "

haa iki Ming Guyonan Kok.

- Doraemon ternyata kucing asli Jawa yang punya banyak saudara. Yang buta namanya Doraweruh; Yang bodo namanya Doramudheng; Yang saki-sakitan namanya Dorasehat; Yang minggat namanya Dorabali; Yang ga punya malu namanya Doraigedhek; Yang ndableg namanya Dorarumongso; Yang suka ngawur namanya Doragenah; Yang porno namanya Dorakathokan; Yang pikun namanya Doraeling; Terakhir yang lagi baca namanya Dorawaras.

haa iki Inilah Rahasia di Balik Mandulnya Rooney

29/06/2010 - 08:20
Inilah Rahasia di Balik Mandulnya Rooney



INILAH.COM, Bloemfontain - Bagi siapa saja yang berpikir Inggris telah menemukan pahlawan yang membuat mereka menuai kejayaan di Piala Dunia, mungkin mereka akan menemui kekecewaan.
Ya, karena dalam sebuah kitab Suci, Samson adalah pahlawan, sementara tim Inggris memiliki Wayne Rooney di skuad Fabio Capello.
Keduanya sama-sama berbulu lebat di dada mereka, itu bisa jadi karena Rooney mencukur habis bulu dadanya jelang laga melawan Jerman yang pada akhirnya Inggris kalah 4-1, membuat spekulasi apa yang dilakukan Rooney ini sama seperti yang dilakukan Samson sebelumnya.
Rooney kehilangan tenaganya, tidak mampu berbuat banyak dan mandul di lapangan.
Sementara Samson, begitu jatuh cinta pada Delilah, sehingga dia beritahu rahasia kekuatannya. Namun, Delilah akhirnya berkhianat memangkas habis semua bulu yang ada di badan Samson, yang membuatnya kehilangan kekuatan dan ditangkap lalu dibunuh Philistine.
Rooney, umumnya selalu terlihat dengan bulu lebat di dadanya. Namun, ketika melawan Jerman, bulu tersebut sama sekali tidak ada.
Striker Manchester United ini gagal mentransformasikan 34 golnya di musim lalu, bersama Inggris.
Mantan striker Everton ini terlihat kelelahan, sentuhan pertamanya buruk sekali dan satu tendangannya berakhir dengan melebar dari target.
Koresponden The Mail mengatakan, Rooney terlihat tidak fit dan dia gagal tampil bagus, sekali tampil buruk seperti melawan AS dan Aljazair, dimana dia ditarik keluar.
Tapi Rooney bukan satu-satunya pemain yang mencukur dadanya. Rekan satu timnya, Frank Lampard yang golnya dianulir wasit, juga memiliki sejarah pernah mencukur bulu dadanya.[themail/had]

Sumber : http://www.inilah.com/news/read/olahraga/2010/06/29/631161/inilah-rahasia-di-balik-mandulnya-rooney/

haa iki Kiper Jerman: Wasit Bisa Saya Tipu

28/06/2010 - 12:39
Kiper Jerman: Wasit Bisa Saya Tipu



INILAH.COM, Blomfontein – Penjaga gawang Jerman Manuel Neuer mengakui bola hasil tendangan Frank Lampard sudah melewati garis gawang dan wasit Jorge Larrionda mengambil keputusan yang salah.
Insiden tersebut terjadi ketika Inggris tertinggal 2-1. Seluruh pendukung The Union Jack sudah melompat kegirangan saat gelandang Chelsea itu mencetak gol indah. Tapi dalam sekejap kegembiraan itu berubah jadi kemarahan karena wasit asal Uruguay tersebut tak menganggapnya.
Neuer, yang bernaung di Schalke, mengatakan bola memang masuk dan menegaskan menuding Larrionda melakukan kesalahan dalam bertugas karena tertipu oleh gerakannya.
“Saya mencoba untuk tak bereaksi pada wasit dan hanya konsentrasi pada apa yang terjadi. Saya akui itu memang melewati garis dan mungkin gerakan saya yang begitu cepat menangkap bola lagi telah membodohi wasit,” ungkapnya.
“Lalu saya lihat di TV dan memang lebih jelas lagi, sangat benar, bola sudah lewat. Itu harusnya jadi gol untuk Inggris, kira-kira 2 meter sudah lewat garis,” kata Neuer.
Sementara itu Lampard yang gagal mencetak gol pertamanya di Piala Dunia karena insiden semalam menegaskan sudah saatnya FIFA menggunakan bantuan teknologi agar insiden serupa tak terulang.
“Saya rasa memang sudah saatnya. Tiap orang bilang itu gol dan otomatis hasil imbang tercipta saat half time dan situasinya pasti akan berbeda,” ujar Lampard.[van]

Sumber : http://www.inilah.com/news/read/olahraga/2010/06/28/628971/kiper-jerman-wasit-bisa-saya-tipu/

haa iki Komitmen Pemain Inggris Nol Besar!

29/06/2010 - 01:15
Komitmen Pemain Inggris Nol Besar!



INILAH.COM, London - Kegagalan Inggris di Piala Dunia 2010 terus menuai kecaman, kali ini kritikan meluncur dari legenda Inggris Terry Butcher yang menilai skuad Fabio Capello lebih mementingkan klub dibandingkan negaranya.
The Three Lions, tereliminasi dari Afrika Selatan setelah dikalahkan Jerman 4-1 di babak 16 besar.
Segudang kritikan meluncur menyusul penampilan buruk Wayne Rooney dan Steven Gerrard menyusul kekalahan tersebut.
Berbicara di depan Sky Sports News, mantan kapten Inggris ini mempertanyakan komitmen pada pemain Inggris dan menuduh mereka lebih memprioritaskan tugas klubnya.
"Apakah itu berarti banyak bermain untuk negara Anda, seperti yang dilakukan sebelumnya? Saya kira, tidak demikian," ujar Butcher seperti dilansir dari goal.com.
"Mereka tidak mendapatkan bayaran dari Inggris. Mereka menuai gaji dari klub-klub meraka, jadi Anda bisa mengerti pelatih mengatakan, "jangan mendapatkan cedera, Anda memiliki laga Liga Champions, pertandingan besar di Liga Primer pekan depan," tuduh Butcher.
"Saya kira, para pemain kami tidak memiliki komitmen total pada Inggris, tidak seperti di masa lalu, karena mereka telah bermain untuk klub mereka di laga-laga besar," imbuhnya.
Menurut Bucther, para pemain Inggris seharusnya meniru apa yang dilakukan para pemain Jerman atau negara lain.
"Jika Anda melihat pada tim Jerman, dan negara lainnya, mereka merasa sungguh kehormatan tersendiri bermain untuk negara mereka masing-masing," papar Butcher.[goal.com/had]

Sumber : http://www.inilah.com/news/read/olahraga/2010/06/29/630841/komitmen-pemain-inggris-nol-besar/

haa iki Espinosa: No, I Won't Say Sorry!

29/06/2010 - 01:39
Espinosa: No, I Won't Say Sorry!

 

INILAH.COM, Johannesburg - Hakim garis asal Uruguay yang melakukan kesalahan menganulir gol Frank Lampard, Mauricio Espinosa menolak meminta maaf.
Buntut dari penganuliran gol Lampard tersebut, Inggris gagal menyamakan kedudukan 2-2 dan berbuah petaka menuai kekalahan 4-1 di tangan musuh bebuyutan mereka Jerman saat kedua tim tampil di babak 16 besar.
Espinosa menjadi buah bibir dari kontroversi tersebut usai tendangan gelandang Chelsea ini menerobos masuk ke gawang Manuel Neuer namun tidak disahkan sebagai gol.
Ketika didekati the London Evening Standard, untuk berbicara mengenai kejadian tersebut, Espinosa pertama menyatakan, "Baiklah, tapi saya tidak bisa membicarakan pertandingan itu."
Ketika ditanya apakah dia akan meminta maaf atas kesalahannya tersebut, dia kemudian mengatakan, "Tidak, FIFA tidak mengizinkan saya berbicara mengenai laga tersebut. Itu peraturannya," tegasnya.
Usai babak pertama, Espinosa yang berprofesi sebagai guru dan baru berusia 38 tahun ini didekati oleh David Beckham, untuk meminta penjelasan.
Espinosa bahkan mengajut terkejut, ketika diperlihatkan rekaman ulang gol Lampard tersebut, namun hanya mengatakan, "Ya Tuhanku!"[goal.com/had]

Sumber : http://www.inilah.com/news/read/olahraga/2010/06/29/630861/espinosa-no-i-wont-say-sorry/

haa iki Menebar Harapan di "Kompas Kampus"


FOTO-FOTO: KOMPAS/AMIR SODIKIN
Pertemuan Kompas Kampus dengan perwakilan beberapa perguruan tinggi di Jakarta.
 
Menebar Harapan di "Kompas Kampus"
Selasa, 29 Juni 2010 | 03:25 WIB

Beberapa waktu lalu, 16 Juni 2010 tepatnya, Kompas Kampus mengundang perwakilan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi. Tujuannya satu: ingin mendengar langsung dari para mahasiswa, apa sih sebenarnya yang mereka inginkan dari koran yang ditujukan untuk kaum mahasiswa.
Wuah... beragam tanggapan langsung mengalir, mulai dari kritik, usulan, dan permintaan khusus. Namun, dari semua respons itu, yang membuat lega adalah kalangan kampus sudah menanti cukup lama datangnya sebuah media yang khusus dibuat untuk mereka.
Kompas Kampus hadir untuk mengisi ruang kosong itu. Rata-rata perwakilan kampus yang diundang memberi penghargaan khusus atas hadirnya rubrik baru ini.
”Agenda kampus itu penting dan harus punya porsi besar. Bisa dipakai untuk promosi-promosi acara. Kami kan ingin tahu juga kegiatan kampus lain itu apa saja,” kata Adinda Ayu Ristiyani dari Universitas Prasetiya Mulya, Jakarta.
Para peserta bahkan berharap kalau agenda ini akan menjadi direktori besar sebuah kegiatan. Wah, idenya sederhana tetapi jika tercapai bisa menjadi direktori kegiatan kampus nasional yang sangat berharga.
Kritik yang tak dibayangkan sebelumnya meluncur dari Tri Mukhlison Anugrah dari Universitas Indonesia. ”Kalau bisa, sampaikan juga berita-berita yang optimistis. Ini penting karena kita sedang membutuhkan ide-ide penyemangat,” begitu kira-kira Mukhlis berharap.
Harus diakui, media massa cenderung mengekspos berita beraura negatif, seperti berita pemutusan hubungan kerja, demonstrasi yang disertai anarki, perampokan, dan masih banyak lagi. Sudah cukuplah berita-berita seperti itu bertebaran di media massa.
Kompas Kampus diharapkan mampu mengomunikasikan harapan ini kepada khalayak umum. Dengan demikian, kita harus yakin kalau esok akan lebih baik dari hari ini.
Maria Lestari P dari Unika Atma Jaya, Jakarta, memiliki permintaan khusus kepada Kompas Kampus. ”Bikin pelatihan jurnalistik dong biar sekalian bisa jadi ajang komunikasi sesama Kompas Kampus,” katanya.
Memang, kuat harapan dari para peserta yang datang agar Kompas Kampus bisa memiliki para perwakilan di setiap kampus. Pelatihan tersebut penting dilakukan jika memang seperti itu sistemnya. Keren kan usulannya? Ah, itu kalau kalian mau menjadi contact person Kompas Kampus ya.. he-he-he.
”Kompas Kampus harus nunjuk local point atau kontributor di setiap kampus,” tegas Carolina D Rainintha dari Universitas Indonesia. ”Namun, siapa kontributor utama Kompas Kampus? Terus, caranya bagaimana untuk bisa menjadi kontributor?” lanjutnya.
Iya... banyak pertanyaan bernada sama. Prinsipnya, selalu tunggu dan ikuti berbagai informasi dari redaksi di Kompas Kampus agar kalian tidak kehilangan informasi mutakhir.
Harapan sudah banyak ditebar dari Kompas Kampus ataupun dari para perwakilan mahasiswa. Tinggal bagaimana mengeksekusi harapan ini menjadi sebuah kenyataan. Biar tidak menjadi harapan semu, iya enggak sih? (AMR)
 

haa iki Mahalnya Kampus Kita


KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Calon mahasiswa menunggu giliran mengembalikan formulir pendaftaran dan verifikasi dokumen penerimaan mahasiswa baru melalui jalur khusus penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (28/4). Hingga hari ketiga pengembalian formulir, calon mahasiswa yang mendaftar mencapai sekitar 7.000 orang.
 
Mahalnya Kampus Kita
Selasa, 29 Juni 2010 | 03:41 WIB

Zaman dulu, perguruan tinggi negeri atau PTN menjadi incaran calon mahasiswa. Salah satu alasannya, selain mutunya yang relatif terjamin, juga karena biaya pendidikan yang harus dikeluarkan mahasiswa untuk kuliah di PTN itu relatif terjangkau untuk semua kalangan.
Namun, sekarang, asumsi seperti itu bisa dikatakan tidak berlaku lagi, gugur sudah. Apalagi setelah munculnya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan yang mengubah status PTN menjadi PT Badan Hukum Milik Negara (BHMN) pada tahun 2008.
Undang-undang itu pada faktanya kemudian membuat biaya pendidikan di PTN menjadi tidak kalah mahalnya dibandingkan dengan kalau kita kuliah di perguruan tinggi swasta (PTS). Kuliah di PTN ataupun PTS dilihat dari sudut biaya relatif sama mahalnya. Umumnya berharga jutaan rupiah.
Coba kita teliti lebih lanjut, tidak semua PTS memberlakukan uang masuk yang tinggi. Ada PTS yang hanya mensyaratkan calon mahasiswa yang lulus tes masuk di universitas itu membayar Rp 10 juta-Rp 30 juta saja. Namun, biaya per semester umumnya relatif mahal, sekitar puluhan juta rupiah juga.
Contohnya, sebuah PTS di Jakarta mengenakan biaya masuk berdasarkan hasil tes calon mahasiswa. Mereka dibagi dalam empat golongan. Mereka yang hasil tes masuknya dianggap bagus dikenai biaya masuk lebih rendah daripada yang hasil tesnya kurang bagus.
Untuk fakultas komunikasi, misalnya, uang masuknya dari Rp 10,5 juta sampai Rp 16,4 juta. Bagi mereka yang memilih fakultas desain komunikasi visual, biaya masuknya lebih mahal, yakni dari Rp 20 juta sampai tertinggi Rp 30,6 juta. Sementara uang per semesternya Rp 3,5 juta-Rp 3,8 juta.

Undang-undang

Dengan munculnya undang-undang tersebut, dengan alasan antara lain biaya pendidikan yang tinggi, juga mensyaratkan calon mahasiswa baru di PTN pun membayar relatif mahal. Biaya masuk PTN pun umumnya sudah mencapai puluhan juta rupiah, sementara biaya per semester umumnya masih di bawah Rp 10 juta untuk fakultas-fakultas tertentu.
Biaya pendidikan perguruan tinggi itu seiring dengan berjalannya waktu terasa semakin mahal. Sebuah perguruan tinggi di Bandung, misalnya, dua sampai tiga tahun lalu mensyaratkan uang masuk wajib Rp 35 juta dan sekarang jumlah itu meningkat menjadi Rp 45 juta.
Itu pun perguruan tinggi tersebut masih ”menyediakan peluang” untuk calon mahasiswa baru memberikan sumbangan sukarela. Hal serupa juga berlaku pada beberapa PTN lainnya di sejumlah kota.
Contoh lainnya, perguruan tinggi di Jakarta yang mempunyai bidang studi ilmu komputer. Tahun 2007 batas atas uang masuknya Rp 25 juta dan tahun 2010 jumlah itu masih sama. Namun, biaya per semester yang pada 2007 batas atasnya sebesar Rp 1,7 juta, tahun ini menjadi Rp 7,5 juta.
Jadi, untuk menjadi mahasiswa PTN ataupun PTS, kita harus mempunyai dana yang relatif ”cukup tinggi”. Selain itu, tentu saja, persaingan di antara para calon mahasiswa pun semakin ketat.
Sekadar contoh, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, untuk jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) 2010 disediakan tempat untuk 15 mahasiswa. Sementara tahun 2009, jumlah pesertanya mencapai 1.417 orang!

Jalur PMDK yang mahal

Diterima di PTN melalui jalur PMDK (penelusuran minat dan kemampuan) sudah pasti melegakan sekaligus membanggakan. Sebab, lewat jalur ini, para mahasiswa tidak perlu bersaing dengan ribuan calon mahasiswa lainnya untuk memperebutkan kursi di salah satu jurusan incaran.
Namun, ini bukan berarti mahasiswa yang diterima melalui jalur PMDK bisa melenggang santai, tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Mereka tetap harus membayar sejumlah biaya yang nominalnya ”lumayan” besar.
Di jurusan kriminologi sebuah PTN di Jakarta, misalnya, seorang mahasiswa harus membayar uang pangkal Rp 15 juta. Jumlah tersebut sudah termasuk uang semester pertama sebesar Rp 5 juta. Biaya bisa semakin tinggi, tergantung dari jurusan yang mereka ambil.
Sementara itu, di jurusan sastra Inggris PTN yang sama, mahasiswa jalur PMDK harus membayar uang pangkal Rp 10 juta. Biaya tersebut sudah termasuk uang biaya semester pertama, sebesar Rp 5 juta. Kalau ditambah biaya administrasi, jaket almamater, iuran bus, dan lain-lain, jumlahnya menjadi Rp 10,7 juta.
Untuk jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), seperti fakultas teknik, jumlah uang pangkal dan biaya per semesternya lebih besar lagi.

Mencicil

Memang sebagian PTN menyediakan sistem mencicil bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Namun, apabila mereka tidak bisa melunasi cicilan tepat waktu, ada biaya penalti yang harus dibayarkan sebesar 50 persen dari total biaya. Hal itu bukannya meringankan, tetapi malah makin memberatkan calon mahasiswa.
Bagi mahasiswa yang masuk kategori tidak mampu, PTN juga menyediakan semacam prosedur keringanan biaya. Namun, fakta kerap kali berbicara lain.
Seorang mahasiswa, anak seorang guru SD di Jakarta, misalnya, terpaksa gigit jari karena permohonan keringanan biaya yang diajukannya sebanyak tiga kali sekalipun tidak membawa hasil sama sekali.
Padahal, untuk mengajukan permohonan keringanan tersebut, ada syarat yang mengharuskan mahasiswa bersangkutan menyertakan foto kondisi rumah yang ditinggali, ditambah surat pernyataan tetangga terdekat yang menyatakan dia berasal dari keluarga tidak mampu. Namun, hasilnya nihil.
Akibatnya, orangtua mahasiswa tersebut harus pontang-panting mencari pinjaman agar bisa melunasi cicilan. Sementara sang ibu, yang membantu perekonomian keluarga dengan menjadi penjahit, terpaksa harus bekerja lebih ekstra keras.
Keringanan biaya tersebut menjadi terasa tidak adil. Sebab, ada juga mahasiswa yang berasal dari SMA dengan biaya sekolah yang mahal, yakni Rp 2 juta per bulan, ternyata di PTN itu bisa mendapatkan keringanan biaya.
Semakin tingginya biaya pendidikan di perguruan tinggi tak hanya memberatkan mahasiswa dari kalangan tak mampu. Bahkan, mahasiswa dari keluarga kalangan menengah pun mengeluh dengan semakin mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi. Apalagi biasanya keluarga ini pun mempunyai beberapa anak yang juga memerlukan biaya pendidikan.
Jadi, seiring dengan berjalannya waktu, sampai seberapa tinggikah kira-kira biaya pendidikan bagi para mahasiswa kita? Kalau setiap tahun biaya pendidikan itu makin menjulang, lalu sampai di manakah batasnya? Haruskah anak muda negeri ini tak bisa melanjutkan pendidikan tinggi ”hanya” karena ketiadaan biaya? Sungguh ironis! (LOK/DOE)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/29/03414527/mahalnya.kampus.kita

haa iki MEMIKIRKAN DESAIN SEPEDA YANG SESUAI


FOTO-FOTO: KOMPAS/AMIR SODIKIN
Perakitan sepeda di Sidoarjo, Jawa Timur, hingga kini masih didominasi sepeda gunung (atas). Suasana kerja para desainer sepeda di kantor riset dan pengembangan Polygon.
 
MEMIKIRKAN DESAIN SEPEDA YANG SESUAI
Selasa, 29 Juni 2010 | 03:42 WIB

Jalur sepeda sekarang sudah banyak dibangun. Ah, mimpi kali ya.... Kalau Jakarta justru membatalkan jalur sepeda nih kabarnya. Di beberapa tempat tujuan wisata populer, seperti Ancol, ”habis-habisan” membikin jalur sepeda. Tak hanya membuatkan jalur sepeda, Ancol juga meminjamkan sepeda.
Tetapi jangan coba-coba bawa sepeda ke Kebun Raya Bogor ya! Soalnya di Kebun Raya Bogor terlarang untuk sepeda. Walau kenyataannya ternyata di dalamnya para pegawai menggunakan sepeda motor, tetapi ya gimana lagi.
Beberapa kampus ada yang ramah dengan sepeda, ada juga yang sama sekali tak memberi ruang untuk sepeda. Salah satu kampus yang mengampanyekan sepeda dan sudah membuat jalur sepeda adalah Universitas Indonesia.
Tentunya, jalur-jalur yang baru tumbuh itu harus dimanfaatkan dong. Selama ini, yang bertebaran rutin di jalanan adalah sepeda-sepeda mountain bike alias MTB.
Kayaknya gimana gitu ya kalau naik MTB.... Frame asyik, ban lebar dan besar, posisi membungkuk jika dikendarai... ah sensasi apa ya yang kalian rasakan jika naik MTB? Gagah? Memesona?
Namun, yang kita bahas adalah kampus lho, yang sudah beraspal dan jalanannya rata. Naik turun mungkin ada, tetapi enggak sampai ngeri seperti turun dari ngarai gunung. Apa sebenarnya MTB cocok untuk jalanan di kampus?
Jelas tidak cocok, bro! Kalau boleh berterus terang sedikit sih, itu namanya saltum alias salah kostum, meliputi kostum pakaian hingga kendaraannya.

Desain yang baik

Dudy Wiyancoko, Ketua Desain Produk Industri Institut Teknologi Bandung, mengatakan, sepeda yang bertebaran di kampus umumnya hanya berdasarkan selera dan gaya hidup individu penggunanya. Biasanya tak menyesuaikan dengan kaidah penggunaan yang baik ataupun estetikanya.
Dudy sekarang sedang mendesain sebuah sepeda yang dia beri nama student bike, khusus didesain untuk mahasiswa dan pelajar SMA.
”Kampus itu mesti ekologis, sarana transportasi sepeda akan membuat kampus sehat,” itulah latar belakang utama yang mendorong Dudy mengupayakan desain sepeda yang sesuai.
”Student bike itu biasanya untuk mobilitas yang tidak jauh. Dampaknya pada desain, ban sepeda akan menggunakan ukuran kecil, 16 inci, dan ada keranjang untuk membawa buku-buku,” kata Dudy.
”Jadi yang cocok untuk pelajar bukan sepeda gunung yang rodanya besar, bukan juga sepeda yang untuk ngebut. Fokus pada desain sepeda yang intelek, sesuai untuk pelajar, dan ringan dituntun jika kita berjalan kaki,” lanjut Dudy.

Estetika

Apa yang diutarakan Dudy tersebut adalah dari sisi desain. Dari sisi estetika, ide Dudy cukup dahsyat jika bisa diaplikasikan. ”Perlu dilengkapi infrastruktur parkir yang memadai,” jelas Dudy.
Wah, makan tempat dong? Ups, jangan salah sangka. ”Parkir sepeda bisa didesain untuk menjadi elemen estetika dari kampus. Misalnya, ketika diparkir bisa berfungsi menjadi bangku taman di taman kampus,” katanya.
Hingga kini, ide Dudy tersebut masih dalam tahap proposal dan belum mendapat persetujuan dari produsen sepeda. Apakah bentuk sepeda itu akan revolusioner?
Kata Dudy, desain sepeda harus memiliki kemudahan untuk diproduksi secara terjangkau. Jadi, kalau terlalu revolusioner, dikhawatirkan harganya akan menjadi mahal bagi pelajar.
”Kalau aneh-aneh, takutnya tak terjangkau harganya,” katanya.
Sepeda hingga kini memang hanya menjadi pelengkap gaya bagi sebagian kalangan. Cuma beberapa kota saja yang benar-benar menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi harian.
Di Yogyakarta, yang dulu menyandang predikat kota sepeda, kini sudah tak sebanyak dulu. Kalah dengan kota kecil seperti di Pekalongan, yang benar-benar menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi harian yang harus nyaman dan fungsional.
Mirip seperti harapan Dudy, di Pekalongan didominasi sepeda bekas asal Jepang yang semuanya memiliki keranjang untuk membawa barang bawaan. Sepeda jengki atau jenis city bike, bagi orang Pekalongan, benar-benar enak diajak melaju di atas jalan raya beraspal.
Polygon, sebagai salah satu produsen, ternyata juga mencermati kecenderungan ini. Oleh karena itu, walau belum spesifik memikirkan desain khusus kampus, kini Polygon mulai memikirkan sepeda yang pas untuk para commuter atau pelaju, yang enak dikendarai di jalan raya umumnya.
”Orang-orang umumnya masih punya persepsi, sepeda untuk balapan itu yang mahal. Padahal, city bike atau comfort bike kalau digarap dengan baik akan bagus hasilnya. Tahun ini, kami mulai membuat Zenith, istilahnya premium commuting bike,” kata Zendy Renan dari Polygon.
”Biarkan MTB di habitatnya, yaitu di gunung, road bike atau sepeda balap yang untuk kenceng-kencengan, dan commuter bike lebih untuk jalan reguler sehari-hari,” kata Zendy. (AMR)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/29/03423859/memikirkan.desain.sepeda.yang.sesuai

haa iki "KRING GOWES"

"KRING GOWES"

Selasa, 29 Juni 2010 | 05:17 WIB

Penyakit Lupa Setelah Makan Malam

Setelah bersepeda keliling Kota Yogyakarta bersama para komunitas sepeda di Kota Gudeg, Minggu (27/6) sore, Tim Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta makan malam dengan menu bakso kupat dan dilayani pramuniaga yang semuanya menggunakan kemben. Di tempat parkir rumah makan itu, berjejer sepeda yang dibawa tim jelajah dengan merek yang sama. Seusai makan, seorang pesepeda dari Kompas Gramedia Cyclist (KGC) yang ikut meramaikan perjalanan dari Solo ke Yogyakarta, mendadak panik karena merasa kehilangan sepeda yang dibawanya. Tak pelak lagi, dia langsung mengingatkan penjaga parkir soal hilangnya sepeda itu. Tapi setelah di cek satu per satu, sepeda yang dikira hilang itu ternyata masih ada di parkiran. Sebelumnya, dia memang memakai sepeda lipat tetapi kemudian ingin mencoba merasakan sepeda yang digunakan oleh tim jelajah sepeda. (GUN)

 Belum Terbiasa Memakai Sepatu Sepeda

Meskipun sudah menyelesaikan perjalanan dari Surabaya ke Yogyakarta, seorang anggota rombongan tim jelajah sepeda tetap belum mahir menggunakan sepatu sepeda yang di bagian bawahnya terdapat cleat (pengait ke pedal sepeda). Ketika pesepeda ini hendak keluar dari halaman parkir Hotel Santika Yogyakarta, tiba-tiba dia jatuh ringan dari sepeda yang dibawanya karena sepatunya tiba-tiba tidak bisa dilepaskan dari pedal, Minggu(27/6)malam. ”Dia belum terbiasa memakai sepatu sepeda,” kata pesepeda lainnya. (GUN)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/29/05170349/kring.gowes

haa iki Slamet Menyelamatkan Para Pesepeda


KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Slamet Menyelamatkan Para Pesepeda
Selasa, 29 Juni 2010 | 05:17 WIB

Sejak Jelajah Sepeda dimulai dari Kota Surabaya, Rabu (23/6), hingga Yogyakarta pada hari kelima, rombongan pesepeda banyak terbantu oleh kehadiran Slamet (41). Betapa tidak, bapak enam anak ini banyak membantu pesepeda lainnya yang kecapaian saat melintasi jalan tanjakan.
Tanpa diminta, Slamet dengan sigap langsung mendorong pesepeda yang tidak kuat menanjak. Setelah itu dia ke posisi belakang lagi untuk mendorong lagi pesepeda lain yang juga tidak kuat mengayuh sepeda di jalanan menanjak.
Sejak bekerja sebagai loper koran pada 1996, Slamet yang terbilang lugu ini, tidak pernah lepas dari mengayuh sepeda. Setiap hari, dia mengantarkan koran kepada seluruh langganannya di beberapa tempat di Bekasi, Jawa Barat. Salah satu langganannya adalah Markas Kepolisian Resor Bekasi.
Mulai tahun 2000, Slamet beralih pekerjaan menjadi kurir surat bagi Polres Bekasi yang menjadi pelanggan tetapnya semasa bekerja sebagai loper koran. Ia menerima pekerjaan itu karena imbalan yang diterima lebih baik ketimbang menjadi seorang loper koran. Sebagai kurir surat, paling sedikit pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, ini mengantongi uang Rp 40.000 hingga Rp 50.000. Bahkan, ia pernah mengantongi Rp 100.000 untuk sekali antar surat.
Tugasnya sebagai kurir adalah mengantar surat-surat ke Pengadilan Negeri Bekasi atau ke kantor Kejaksaan Negeri Bekasi. Tak jarang pula ia mengirim surat kepada pihak-pihak yang berurusan dengan hukum di wilayah Polres Bekasi. Semua surat-surat itu ia antar dengan menggunakan sepeda gunung miliknya.
”Mula-mula, polisi di Polres Bekasi tidak percaya kalau saya ke mana-mana mengantar surat dengan bersepeda. Saat itu, mereka bilang kalau saya kurang kerjaan saja mengantar surat dengan bersepeda,” kata Slamet, Sabtu (26/6) di sela-sela mengikuti Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta.
Namun, menurut Slamet, polisi-polisi itu baru percaya ketika wajah Slamet muncul di salah satu televisi swasta dalam acara mudik Lebaran pada 2007. Slamet saat itu tengah diwawancarai reporter televisi karena bersepeda ke Pekalongan untuk mudik.
Melalui komunitas sepeda B2W, Slamet lantas tertarik bergabung dengan tim Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-45 Kompas. Ia berharap melalui kegiatan ini, dirinya mengenal lebih jauh daerah-daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Seandainya semua orang seperti Slamet, tentu tidak akan ada kenaikan harga bensin. Tidak ada kemacetan lalu lintas. Tidak ada polusi udara. Yang ada barangkali ramai suara dering bel sepeda. Kring, kring, kring.... (GUN/APO)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/29/05173969/slamet.menyelamatkan.para.pesepeda