Kamis, 09 September 2010

haa iki Inggris Yang Lebih Segar

KOLOM OLAHRAGA
Inggris Baru Berkah dari Cedera
Kamis, 9 September 2010 | 03:16 WIB
Anton Sanjoyo
Sebuah tim sepak bola kadang-kadang membutuhkan berkah tersembunyi untuk menapak ke level lebih tinggi. Fabio Capello, contohnya, harus ”berterima kasih” untuk cederanya sejumlah pemain pilar, terutama duet Chelsea, John Terry dan Frank Lampard, serta palang pintu Manchester United, Rio Ferdinand, menjelang kualifikasi Euro 2012. Tanpa para langganan ”Three Lions” itu, Capello menemukan formasi baru yang ternyata lebih menjanjikan, terutama jika dibandingkan dengan penampilan Inggris yang hambar tanpa passion di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.
Dalam lima tahun terakhir, duet bek tengah Terry dan Ferdinand memang yang terbaik. Penampilan mereka yang lugas membuat Inggris sangat tangguh di babak kualifikasi Piala Dunia 2010 dan lolos ke Afsel sebagai salah satu tim dengan pertahanan terbaik. Dalam 10 penampilan kualifikasi, pasukan Capello hanya kebobolan enam gol dan menduduki posisi teratas Grup 6. Ketangguhan duet Terry-Ferdinand mirip duet bek United era 1980-an, Steve Bruce dan Gary Pallister, yang legendaris.
Ferdinand absen sepanjang gelaran Piala Dunia dan posisinya diisi bergantian oleh Ledley King, Jamie Carragher, atau Matthew Upson. Namun, Terry tak pernah tergantikan sebelum Inggris kemudian dihajar Jerman 1-4 dan tergusur. Dua bulan kemudian, Capello menemukan kombinasi duet bek tengah Phill Jagielka dan Michael Dawson yang tidak kalah kualitasnya ketimbang duet Terry-Ferdinand. Sayangnya, Dawson cedera saat berjumpa Bulgaria dan posisinya digantikan secara baik oleh Gary Cahill dan Joleon Lescott.
Capello juga boleh dikatakan beruntung mendapatkan kiper muda tangguh, Joe Hart. Selama ini, pelatih yang lebih banyak menorehkan sukses di level klub itu tak pernah teguh soal kiper. Ia begitu percaya kepada David James yang di Premiership sekalipun bukan lagi kiper bagus. Tiba-tiba saja Capello bisa memilih Robert Green yang membuat blunder saat Inggris ditahan 1-1 oleh Amerika Serikat di Afsel 2010. Terbukti, Hart adalah kiper jempolan yang tidak saja punya gerakan refleks luar biasa, tetapi juga sangat percaya diri dan mengingatkan kita pada kiper legendaris Gordon Banks.
Dari semua itu, ”berkah” Capello terbesar adalah cederanya Lampard. Tanpa Lampard, peran skipper Steven Gerrard menjadi sangat sentral sebagai playmaker dan penyeimbang permainan. Jika tampil bersama Lampard, Gerrard sangat tersiksa bermain agak ke sayap kiri sehingga nalurinya sebagai gelandang serang lebih banyak kontraproduktif. Tersiksanya Gerrard sudah dinyatakannya sejak Inggris ditangani Sven-Goran Eriksson di Euro 2004. Kala itu, Eriksson, seperti halnya Capello, sangat memaksakan diri memainkan Gerrard dan Lampard secara bersamaan. Alasan Eriksson waktu itu, kedua pemain dibutuhkan untuk formasi 4-4-2 diamond, skema Inggris kala itu.
Dengan formasi diamond di tengah, Eriksson menggeser Gerrard ke kiri, sementara Lampard di kanan. Karena keduanya punya posisi sejajar dan sama-sama bernaluri gelandang serang, Inggris tak punya pemain yang menjaga keseimbangan dan kedalaman, terutama saat kehilangan bola. Sebaliknya, justru lini tengah mereka sering kedodoran akibat energi menyerang Gerrard dan Lampard yang sulit dikendalikan.
Tanpa Lampard—seperti saat menghadapi Bulgaria dan Swiss beberapa hari lalu—Gerrard bermain di posisi terbaiknya, gelandang tengah kanan. Dengan posisi yang nyaman, Gerrard justru bisa tampil lebih dingin, tidak terlalu jauh masuk wilayah serang lawan, tapi benar-benar menjadi keseimbangan di lini tengah bahu-membahu bersama Gareth Barry. Dengan pengertian yang mendalam di antara keduanya, lini tengah Inggris lebih solid karena selalu ada orang yang bersiaga sebelum lawan bertemu empat bek yang berdiri sejajar.
Kalaupun sedang naik, posisi Gerrard, juga Barry, tak pernah lebih luar ketimbang duet striker Wayne Rooney dan Jermain Defoe. Ini juga membuat Rooney sekarang jauh lebih efektif dalam bermain karena sering memosisikan diri sebagai second striker atau gelandang yang memberikan pasokan bola kepada Defoe atau Theo Walcott/Adam Johnson yang sangat rajin masuk dari sayap kanan atau James Milner yang menerobos dari kiri.
Selepas Piala Dunia yang mengecewakan, Inggris kini benar-benar lebih segar. Bukan saja karena sejumlah pemain muda mereka tampil gemilang, seperti Hart dan Johnson, melainkan juga cara bermain mereka yang lebih lugas dan taktis. Formasi 4-4-2 Capello juga efektif karena ditunjang pemain-pemain sayap yang agresif, Ashley Cole dan Milner di kiri serta duet Johnson, Glen, dan Adam di kanan. Milner dan Johnson bahkan sering bergerak diagonal ke arah kotak penalti, tidak melulu menyusur garis pinggir. Pergerakan mereka yang meledak-ledak juga memberikan alternatif baru bagi Defoe dan Rooney untuk mengeksploitasi ruang pertahanan lawan.
Capello tampaknya juga tidak ingin memaksakan Inggris tampil lebih bergaya Eropa daratan, apalagi bergaya Latin model Spanyol yang cantik ber-tiki- taka. Dengan model speed and power yang masih kental, Capello hanya memerintahkan Gerrard dan Barry menjaga irama permainan. Seandainya Capello punya pemain dengan teknik individu seperti Paul Gascoigne, timnya akan lebih lengkap dalam menyesuaikan diri dengan sepak bola modern.
Kemungkinan besar, satu-satunya pekerjaan besar yang harus diselesaikan Capello bagi ”Inggris baru”-nya adalah soal kesiapan mental menghadapi tim-tim elite dan turnamen akbar. Sering Inggris tampil sangat perkasa di babak kualifikasi, tetapi hanya dalam sekejap mereka seperti tak berdaya menghadapi tim tradisional papan atas. Mereka juga punya semacam hambatan mental menghadapi lawan yang bergaya Latin serta mengandalkan keterampilan individu. Capello pasti sudah menyiapkan serangkaian jurus untuk semakin mematangkan Inggris yang ibarat terlahir kembali.
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/09/09/03165558/inggris.baru.berkah.dari.cedera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar