Kamis, 30 September 2010

haa iki Lumpur Yang Tak Juga Terselesaikan

LUMPUR LAPINDO
Semburan Lumpur Semakin Mengkhawatirkan
Kamis, 30 September 2010 | 03:31 WIB
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Warga melihat semburan baru lumpur yang tak jauh dari perkampungan penduduk di Desa Pejarakan, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Rabu (29/9). Semburan lumpur ke-190 tersebut sempat menggenangi halaman SD Negeri Pejarakan yang tak jauh dari lokasi semburan.
 
SIDOARJO, KOMPAS - Semburan lumpur bercampur gas metana yang terus-menerus keluar di sekitar SDN Pejarakan, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, semakin mengkhawatirkan. Setelah menggenangi halaman sekolah pada Selasa (28/9), gelembung lumpur bercampur gas terbakar sekitar 7 meter dari gedung SDN Pejarakan, Rabu.
Titik api mulai terlihat sekitar pukul 09.30 di belakang Posko Keselamatan Korban Lapindo Walhi Jatim di Desa Mindi, Kecamatan Jabon, yang berada di samping SDN Pejarakan.
Ketua Walhi Jatim Bambang Catur Nusantara bersama beberapa relawan yang berada di posko berusaha mematikan api dengan cara menyiram air. Namun, meski disiram air, api tak juga padam dan justru merembet hingga dinding beton posko.
Kondisi lokasi yang banyak ditumbuhi ilalang merepotkan pemadaman titik-titik api. Api terus bermunculan di setiap gelembung-gelembung gas kecil di bekas lahan persawahan itu. Api akhirnya bisa dipadamkan pada Rabu sore.
Sementara itu, genangan air dari tiga semburan besar di belakang SDN Pejarakan sudah surut setelah BPLS memasang pompa air penyedot. Namun, pada Rabu dini hari, semburan lumpur disertai bau gas metana menyengat muncul di kamar mandi dan toilet SDN Pejarakan.
Kepala Humas BPLS Achmad Zulkarnain mengatakan, Desa Pejarakan memang sudah dinyatakan sebagai kawasan tak layak huni dan masuk dalam peta terdampak.

Uji seismik 3 dimensi
Sementara itu, sejak Jumat pekan lalu, di sekitar tanggul lumpur muncul fenomena kenaikan level dan semburan air tanah.
”Kami belum bisa memastikan penyebab fenomena itu. Kemungkinan itu terjadi karena ada reservoir air tanah yang terdampak tekanan formasi lapisan tanah di sekitar tanggul lumpur akibat beban material di dalam tanggul lumpur. Karena tekanan air dalam reservoir bertambah, akhirnya ada level air sumur yang naik. Juga lubang sumur bor yang menyemburkan air. Namun, itu baru sebatas dugaan,” kata Zulkarnain.
Staf pengajar teknik geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, yang juga anggota Tim Kajian Kelayakan Permukiman Gubernur Jawa Timur, Teguh Hariyanto, menyatakan, kepastian penyebab fenomena kenaikan level dan semburan air tanah harus ditentukan melalui survei seismik tiga dimensi.
”Fenomena itu merupakan bencana ekologis yang tingkat kebahayaannya serta penyebabnya hanya bisa diketahui melalui survei seismik tiga dimensi. Tim Kajian Kelayakan Permukiman Gubernur Jawa Timur mampu melakukannya, tetapi kami tidak memiliki anggaran untuk melakukan survei. Survei seismik tiga dimensi oleh Badan Geologi Kementerian ESDM harus segera dilakukan,” kata Teguh.
Teguh menyatakan, kajian Tim Kajian Kelayakan Permukiman Gubernur Jawa Timur terhadap permukaan tanah di sekitar tanggul menunjukkan kerusakan formasi lapisan tanah telah mencapai radius 2 kilometer dari pusat semburan lumpur. Kerusakan formasi tanah bahkan telah terjadi di lokasi yang akan dijadikan relokasi jalan tol penghubung Surabaya dan Malang.
”Namun, data kerusakan formasi tanah itu hanya mencakup lapisan tanah sedalam 20 meter dari permukaan tanah. Kerusakan formasi tanah itulah yang menyebabkan muncul banyak titik gelembung gas metana dan semburan air tanah. Data kajian kami baru bisa utuh menjelaskan tingkat bahaya dan penyebab semburan jika dilengkapi uji seismik tiga dimensi,” kata Teguh.
(ABK/ROW)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/09/30/03315595/semburan.lumpur.semakin.mengkhawatirkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar