Jumat, 17 September 2010

haa iki Pengembangan Transportasi KA

TEKNOLOGI TRANSPORTASI
Toilet KA Ramah Lingkungan
Jumat, 17 September 2010 | 03:40 WIB
Nawa Tunggal
Inovasi teknologi perkeretaapian sedikit berdenyut dengan diluncurkannya toilet ramah lingkungan untuk enam gerbong Kereta Api Argo Lawu jurusan Jakarta-Solo, 12 September 2010. Gagasan ini sebenarnya sudah dirintis sejak 15 tahun lalu meski belum ideal ramah lingkungan karena limbahnya masih dibuang di track.
Waktu itu tahun 1995 ketika saya menjabat Kepala Divisi Teknologi PT Inka, pernah mempresentasikan gagasan teknologi toilet ramah lingkungan ini kepada direksi Perumka (sekarang PT Kereta Api/KA). Namun, pada 2009 baru direalisasikan untuk Kereta Api Argo Lawu,” kata Direktur Utama PT Inka Roos Diatmoko ketika dihubungi Rabu (15/9) di Madiun, Jawa Timur.
Toilet ramah lingkungan mengacu pada prinsip bersih, tidak menimbulkan bau, dan higienis. Limbah diproses dengan mikrobakteri sebelum dibuang di track (jalur) kereta api.
Karakteristik mikrobakteri yang dipilih harus sudah banyak tersedia di pasaran sekarang. Sekarang ini, dengan kapasitas 100 gram mikrobakteri, toilet mampu menghancurkan kotoran manusia padat seberat 1 kilogram dalam waktu delapan jam.
Menurut Roos, mengacu Jepang, di setiap stasiun semestinya terdapat pengolahan limbah dari setiap toilet kereta api. Limbah meski sudah dianggap ramah lingkungan tidak dibuang di track. Untuk melangkah ke situ ternyata untuk Indonesia masih terlampau berat.

Pembilasan dan sanitasi
 
Roos mengatakan, toilet ramah lingkungan kereta api secara sederhana memadukan sistem pembilasan (flushing) dan sanitasi. Sistem pembilasan menggunakan udara bertekanan untuk mengalirkan limbah toilet ke tangki penampungan.
Berikutnya, dengan sistem sanitasi di dalam tangki penampungan terjadi proses penguraian atau dekomposisi limbah. Di dalam tangki penampungan disediakan jalur pengisian mikrobakteri.
”Tidak ada pembuangan kotoran sebelum diproses mikrobakteri,” kata Roos.
Mikrobakteri di dalam tangki penampungan pada prinsipnya menguraikan limbah padat menjadi gas dan cairan. Limbah gas dan cairan ini tergolong ramah lingkungan karena tidak berbau ketika harus dibuang di jalur jalan kereta api.
Proses dekomposisi limbahnya secara aerobic biodegradation atau kinerja mikrobakteri yang membolehkan terkontaminasi dengan udara luar. Menurut Roos, mikrobakteri tidak membutuhkan perawatan kecuali penambahannya.
”Mikrobakteri juga diutamakan yang tahan odor dan desinfektan,” kata Roos.
Di dalam tangki penampungan terdapat bahan organik ijuk yang berfungsi sebagai filter atau penyaring limbah padat. Di dalam bahan filter itulah terjadi dekomposisi limbah oleh mikrobakteri.
Limbah padat yang sudah terdekomposisi akan menjadi cairan. Limbah ini kemudian dibuang ke track.

Butuh pengembangan
 
Roos mengakui, konsepsi toilet kereta api yang benar-benar ramah lingkungan secara ideal memang masih membutuhkan pengembangan, baik pengembangan untuk teknologi pendukungnya maupun jumlah gerbong kereta api yang harus dilengkapi dengan teknologi tersebut.
”Idealnya, toilet ramah lingkungan menggunakan teknologi vakum untuk mengakumulasikan limbah padat,” kata Roos.
Limbah padat yang terakumulasi itu lalu didekomposisi menggunakan mikrobakteri. Selanjutnya, dekomposisi limbah ini didistribusikan ke instalasi pengolahan limbah yang harus disediakan di setiap stasiun pemberhentian.
Saat ini PT Inka baru menginstalasikan toilet ramah lingkungan kepada enam gerbong Kereta Api Argo Lawu. PT KA baru memesannya Mei 2009. Selama lebih dari setahun, konstruksi toilet dibuat di Madiun.
”Dananya terjangkau, tidak lebih dari Rp 100 juta untuk satu toilet,” kata Roos.
Uji kelaikan jalan gerbong yang sudah dilengkapi toilet ramah lingkungan dilakukan pada 3 September 2010 atau tujuh hari sebelum hari raya Idul Fitri (H-7). Setelah dinyatakan lulus uji kelaikan jalan, gerbong kereta api diluncurkan penggunaannya oleh Direktur Utama PT KA Ignasius Jonan di Stasiun Gambir, Jakarta, 12 September 2010.
Sekarang, kereta eksekutif Argo Lawu yang melintasi Jakarta, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, dan Solo menyediakan toilet yang bersih, tidak berbau, dan higienis. Publik masih menunggu peranan lebih lanjut industri nasional PT Inka ini untuk terus berinovasi mengembangkan teknologi perkeretaapian kita. Harapan yang sama juga tertuju kepada pemerintah dan PT KA sendiri.

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/09/17/03402672/toilet.ka..ramah.lingkungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar