Rabu, 30 Mei 2012

haa iki : Bangsa ini tidak butuh Lady Gaga, bangsa ini butuh para ilmuwan, para pakar, para cendekiawan dan seterusnya darimanapun asalnya.

" > :
       Jika hiburan menjadi alasan, itu hanya hiburan yang bisa dinikmati sedikit orang dalam sedikit waktu. 
       Bayangkan jika para ilmuwan yang terus didatangkan? Bangsa ini akan mengalami perubahan besar.
: < "
 

Sekali Lagi Tentang Lady Gaga - Selasa, 29 Mei 2012, 17:25 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Prof Dr Hj Masyitoh, MAg
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)

Lady Gaga; Kontroversi Bermula
Stefani Joanne Angelina Germanotta atau yang dikenal dengan nama panggung Lady Gaga adalah sesosok individu yang tidak terkait dengan persoalan moral sebagaimana individu lainnya.

Identitas pribadi selamanya tidak pernah bisa dibenturkan dengan persoalan kebenaran moral atau etika. Lady Gaga bukanlah cerminan nilai baik atau buruk. Inilah perspektif yang dapat kita lihat dari sosok Lady Gaga sebagai individu. Individu hanya menjadi pelaku bagi kebaikan dan keburukan, bukan kebaikan atau keburukan itu sendiri.

Sebagai figur, Lady Gaga adalah seorang penyanyi pop asal Kota New York, Amerika, yang tidak hanya bernyanyi lalu selesai tetapi berkampanye dan mempengaruhi banyak orang tentang nilai-nilai. Tak heran jika Majalah Time menabalkannya sebagai 100 selebriti paling berkuasa dan berpengaruh di dunia. Ia menjadi figur, selebriti dan idola bagi banyak penggemarnya. Di sinilah, Lady Gaga bisa dilihat sebagai nilai. Ia, tak ubahnya teks yang terbuka untuk ditafsir.

Di Indonesia dan beberapa negara lain, Lady Gaga adalah kontroversi. kontroversi yang melekat pada diri Lady Gaga bukan tanpa alasan. Beberapa titik fokus yang menjadi kontroversi mulai dari gaun yang terlalu terbuka yang dikenakan, lirik lagu yang merendahkan religiositas, sensualitas dan erotisme aksi panggung atau dalam video album, menyuarakan pandangannya mengeni biseksual hingga simbol-simbol illuminati yang sering muncul dalam album maupun pertunjukan Lady Gaga.
Adanya simbol-simbol tersebut menyiratkan pertanyaan apakah Lady Gaga seorang pemuja setan? Apapun itu, simbol-simbol itu dihadirkan bukan tanpa kesengajaan. Lady Gaga tidak hanya sedang bernyanyi tetapi menebar nilai-nilainya secara publik, terbuka dan terang-terangan.

Kontroversi itu lahir bukan saja karena persoalan pada Lady Gaga. Namun, banyak yang berkepentingan yang sejalan dengan Lady Gaga dengan mengatasnamakan seni dan kebebasan. Keduanya lalu digabungkan dengan konsep kebenaran relatif bahwa tidak ada kebenaran absolut di muka bumi ini. Lady Gaga adalah fragmen kebenaran yang lain. Kebenaran seni.

Pandangan dan Kelemahan Kaum Relativis
Setidaknya itulah yang dianut oleh kalangan yang percaya terhadap relativisme. Seorang professor sosiologi bernama Gregory Baum (1999) menemukan pandangan kaum relativis bahwa agama, juga, berada di bawah bayang-bayang relativisme. Baum memulai teorinya dari pemikiran seorang Sosiolog Sistemik Karl Manheim yang melihat peran penting lingkungan dalam membentuk cara berpikir setiap orang. Karenanya, keragaman tidak bisa dihindari.

Relativisme atau dalam pengertian Mohammad A. Shomali (2005) subyektivitas kolektif memiliki makna yang sedikit sama dengan subyektivitas yang ada pada individu. Pandangan tersebut menekankan adanya kebenaran (yang berbeda-beda) pada setiap individu, kelompok, agama dan keyakinan. Absolutisme atau kebenaran normatif, dalam bahasa Baum, adalah sesuatu yang harus ditolak. Tidak ada kebenaran manusia yang sama persis dengan kebenaran yang dimaksudkan Tuhan. Pandangan ini tidak saja meminta sikap toleran tetapi kebebasan dalam pengertian yang luas.

Oleh karena itu, dalam konteks konser Lady Gaga yang rencananya akan digelar pada 3 Juni mendatang ini mendapat dukungannya dari para relativitis dan liberalis, selain dari para hedonis yang berpikiran dangkal. Mereka menilai bahwa pencekalan terhadap konser merupakan upaya kediktatoran tafsir tunggal atas kebenaran dan menghambat ekspresi seni.

Pandangan tersebut menurut kedua pemikir di atas memiliki kelemahan yang cukup fundamental. Bagi Baum bahwa kebenaran agama yang seringkali disangkutpautkan dengan relativisme berada pada wilayah normatif-transendental yang sulit sekali didialogkan. Satu-satunya jalan memahami kebenaran ini adalah melalui apa yang telah disampaikan Tuhan pada setiap zaman. Kita mengenalnya dengan sebutan Firman Tuhan.

Somali melihat kecenderungan akan terbukanya nihilisme dan anarki jika relativitas nilai-nilai dipahami secara begitu saja dalam wilayah yang sensitif yakni agama. Relativisme bisa dilihat dalam konteks budaya dan kehidupan sosial. Soal kebenaran absolut, Somali, mempercayai akan keberadaannya karena aspek kemanusiaan yang universal, bukan fragmentasi sosio-kultural. Relativisme hanya akan membawa kepada perilaku tanpa kontrol dan inilah yang memungkinkan terjadinya kondisi tanpa nilai (nihil) dan anarki karena setiap orang merasa kebenarannya masing-masing.

Di luar diskusi ini, kehadiran Lady Gaga merupakan pertunjukkan bisnis hiburan yang dihadapkan dengan nilai-nilai agama. Sebagian orang menganggap jika bisnis hiburan dan agama tidak saling terkait; pandangan sesat inilah yang berkembang saat ini. Lagipula, kehadiran Lady Gaga sama sekali tidak membawa manfaat bagi bangsa ini. Aneh rasanya jika segelintir orang bersikeras mendatangkannya.

Bangsa ini tidak butuh Lady Gaga, bangsa ini butuh para ilmuwan, para pakar, para cendekiawan dan seterusnya darimanapun asalnya. Jika hiburan menjadi alasan, itu hanya hiburan yang bisa dinikmati sedikit orang dalam sedikit waktu. Bayangkan jika para ilmuwan yang terus didatangkan? Bangsa ini akan mengalami perubahan besar.

Tolak Konser Lady Gaga di Indonesia
Indonesia punya alasan kuat untuk menolak kedatangan Lady Gaga yang hendak mempertontonkan dan menunjukkan ketersesatannya. Penolakan ini tidak melulu karena alasan agama tapi sejauh ini agamalah yang paling berperan dalam mengamankan kultur dan tradisi negeri ini, bukan sebaliknya. Budaya Indonesia adalah budaya yang dilandasi agama-agama, kepercayaan-kepercayaan.

Kebebasan berekspresi kerap kali digunakan sebagai satu-satunya dalil bagi setiap pertunjukkan yang bertentangan dengan budaya bangsa ini. Padahal jika kita jeli, ekspresi itulah yang harus menyesuaikan dirinya dengan budaya setempat. Dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak. Begitupun dengan Lady Gaga, jika tidak sesuai dengan budaya maka tidak bisa diterima dan bangsa ini tidak bisa dipaksakan untuk menerimanya.

Kebebasan berekspresi yang dibalut argumen relativisme tentu saja membuka ruang bagi masuknya nihilisme dan anarkisme di negeri ini. Jika konser Lady Gaga bersikeras digelar maka ini akan menyakiti budaya yang telah dibangun berabad-abad lalu. Tidak ada alasan lain, konser ini harus ditolak.

Dalam perspektif Islam, konser Lady Gaga tidak lebih dari hura-hura kemunkaran belaka. Lady Gaga tidak memperlihatkan toleransi dalam keberagaman dan perbedaan tetapi menginjak-injak nilai budaya dan agama yang ada. Oleh karena itu, Islam berkepentingan melarang atau menghentikan kemunkaran tersebut (nahi munkar).
Redaktur: Heri Ruslan

 

Selasa, 29 Mei 2012

haa iki : Alhamdulillah, Turki Kembali Ajarkan Alquran di Sekolah

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/05/29/m4r7dt-alhamdulillah-turki-kembali-ajarkan-alquran-di-sekolah

Selasa, 29 Mei 2012, 05:20 WIB -Deden Mauli Darajat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Deden Mauli Darajat*

ANKARA -- Untuk pertama kalinya setelah seratus tahun, pemerintah Republik Turki akan mengajarkan Alquran dan huruf Arab di sekolah-sekolah negeri dan swasta. Hal itu terungkap dalam Simposium Internasional kelima bertema persatuan Islam yang berlangsung di Ankara, Turki, dan dilanjutkan workshop pada Senin (28/5).

Ali Kurt, ketua Yayasan Wakaf Hayrat, Turki, sebagai pelaksana simposium, menjelaskan, kementerian pendidikan nasional Turki telah meminta pihaknya untuk menyiapkan konsep dan tenaga guru untuk siswa dengan AlQuran dan tulisan Arab Utsmani di sekolah-sekolah dan madrasah di seluruh pelosok Turki.

"Ini tugas berat yang kami tunggu-tunggu selama ini," katanya.

Seratus tahun lalu, ketika Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Republika Turki setelah mengambil kekuasaan dari Kesultanan Turki Usmani, segala hal yang berbau Arab dan bersuasana Islam dihapuskan. Dia memperkenalkan pemerintahan sekuler dengan membuat undang-undang dan peraturan-peraturan yang sempat merugikan perkembangan Islam, diantaranya undang-undang yang menghapus pengajaran Al-Quran di sekolah-sekolah dan mengganti tulisan-tulisan Arab dengan tulisan latin.

Ketua Umum DPP Persatuan Umat Islam (PUI), Nurhasan Zaidi, menyatakan, niat baik Pemerintah Turki itu perlu didukung peraturan yang menghapus undang-undang lama tentang pelarangan pengajaran Al-Quran dan tulisan Arab.

"Kami akan sampaikan usul ini ketika besok bertemu Parlemen Turki," kata Nurhasan Zaidi yang juga anggota DPR RI. Delegasi Indonesia yang berjumlah 25 utusan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam memang berencana berencana bertemu dengan parlemen Turki pada Selasa (29/05/2012).

Menurut Nurhasan, pelarangan pengajaran Alquran dan bahasa Arab di sekolah-sekolah Turki selama seratus tahun telah membuat masyarakat Turki banyak yang tidak bisa membaca Al-Quran.  Selain itu, warga Turki juga jarang yang bisa menulis huruf Arab, apalagi mengucapkannya. Padahal, Turki pernah menjadi pusat peradaban Islam selama lima abad Kesultanan Turki Usmani.

Warga Muslim Turki menyambut baik rencana pemerintahnya tersebut. “Tetapi untuk bertahan dan langgeng, kebijakan strategis tersebut harus didukung undang-undang,” demikian tegas Nurhasan Zaidi. Ia yakin, tak lama lagi warga Turki mampu mengembalikan kejayaan Islam sebagaimana dulu pernah dicapainya di masa keemasan Kesultanan Usmani.

Ahmad Rifai, wakil ketua Majelis Syuro PUI, menyatakan di depan forum workshop peserta Simposium Internasional Said Nursi, di Indonesia pengajaran huruf Arab sempat terbatas diajarkan di madrasah-madrasah. Bahkan pemerintah mengganti kebiasaan penulisan bahasa Arab yang dulu menjadi tradisi di madrasah dan pesantren dengan huruf latin. Akibatnya, tutur Rifai, kemampuan warga Indonesia untuk menulis huruf Arab dan bacaan Al-Quran sudah hilang dan lenyap. “Ini tragedi,” tegasnya.

Ahmad Rifai berharap, keinginan Pemerintah Turki untuk kembali mengajarkan tulisan Arab secara resmi dapat diikuti oleh Pemerintah Indonesia. “Kemampuan menulis dan mambaca huruf Arab merupakan dasar utama untuk memahami ajaran-ajaran Islam dari sumber aslinya,” ungkap Rifai. Ormas-ormas Islam dan kalangan politisi, tutur Rifai, harus mendorong Pemerintah Indonesia membuat kebijakan yang memungkinkan penulisan huruf Arab menjadi keharusan di ranah publik terutama di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah.

*Penulis: Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara, Turki)
 

haa iki : Misykat Ajak Umat Islam Mengerti Ancaman Bahaya Liberalisme

Sumber : http://www.tribunnews.com/2012/05/29/misykat-ajak-umat-islam-mengerti-ancaman-bahaya-liberalisme

Tribunnews.com - Selasa, 29 Mei 2012 08:20 WIB

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA -Dengan diluncurkannya  buku Misykat  diharapkan  agar masyarakat Indonesia, secara khusus dalam  hal  ini  umat Islam mengerti akan ancaman dari bahaya liberalisme, sekulerisme hingga westernisasi.
Sementara  Hamid Fahmi Zarkasy  selaku  penulis buku  menjelaskan dalam jumpa pers   Grand Launching buku Misykat yang  diselenggarakan Majelis Intelektual Dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI)   Minggu (27/05/2012) dengan tema “Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi.” agar masyarakat Indonesia, secara khusus umat Islam mengerti akan ancaman dari bahaya liberalisme, sekulerisme hingga westernisasi.
Bachtiar Nasir sekjen MIUMI menjelaskan bahwa pemikiran Hamid yang dituangkan ke dalam buku Misykat merupakan salah satu masterpiece dari MIUMI, yang ditujukan untuk meluruskan pemikiran pemikiran liberal seperti Dr Nurcholish Madjid yang selama ini dikenal tokoh pembawa sekulerisme, liberalism hingga westernisasi di Indonesia.
“Karena ragam dari liberalisasi itu pertama adalah nihilisme, menihilkan nilai. Yang kedua pluralisme, yang ketiga desakralisasi, yang keempat equality, yang kelima demokratisasi yang semuanya itu bermuara kepada marjinalisasi agama,” jelasnya.
Hamid juga menjelaskan wacana liberalisme yang diajarkan tidak justru membuat sebuah tatanan masyarakat menjadi toleran, namun arah dari liberalisme tidak lebih untuk sebuah gagasan relativisme kebenaran,
“Intinya bahwa buku ini ingin memberi sumbangan pemikiran kepada bangsa ini, bahwa identitas bangsa Indonesia itu harus kita pertahankan dan tantangan yang berasal dari negara luar yang bentuknya dalam hal ini pemikiran, harus kita hadapi dan harus kita selesaikan secara intelektual juga” tambahnya lagi.
Dr Hamid Fahmi adalah seorang intelektual sekaligus pewaris Pondok Modern Darussalam Gontor, yang juga anak kandung dari (alm) KH. Imam Zarkasy, salah satu dari tiga pendiri PP Modern Darussalam Gontor.
MIUMI sendiri akan mewakafkan sebanyak 1000 buku Misykat yang akan dikirim ke 1000 lembaga pendidikan yang ada diseluruh Indonesia.

Penulis: Budi Prasetyo  |  
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Jumat, 25 Mei 2012

haa iki : Pak Harto dan Senjata

Sumber : http://nasional.inilah.com/read/detail/1864693/pak-harto-dan-senjata

Tokoh Nasional Soeharto (1)
Pak Harto dan Senjata
 

Headline
 
Opini: Muchlis Hasyim
nasional - Jumat, 25 Mei 2012 | 07:11 WIB 
 
INILAH.COM, Jakarta - Soeharto, The Smiling General. Jenderal yang senang tersenyum. Bapak Pembangunan. Banyak dituding sebagai diktator 32 tahun. Inilah dia pemimpin paling kontroversial dalam sejarah Republik Indonesia.
Bagi pemujanya, ia pahlawan bangsa karena membawa Indonesia keluar dari keterpurukan ekonomi dan politik di masa Orde Lama. Bagi musuh-musuh politiknya, ia paling bertanggung jawab menumbuhkan gurita korupsi dan dekadensi di negeri ini.
Ia tokoh kontroversial “berselimut” mitos. Bahkan dalam urusan latar belakang keluarga. “Saya ini benar-benar kelahiran Desa Kemusuk, dan memang anak petani dari Desa Kemusuk,” katanya, saat bercerita mengenai silsilah keluarganya di hadapan wartawan dan undangan di ruang kerja kepresidenan di Bina Graha Jakarta, 28 Oktober 1974.
Kemusuk adalah desa di pelosok Argomulyo, Godean, Yogyakarta. Soeharto lahir pada 9 Juni 1921, anak ketiga dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah. Sang ayah adalah petugas pengatur air irigasi di desa.
Di masa kecil Soeharto, orang tuanya bercerai. Ia akhirnya dirawat Mbah Kromodiryo, dukun bayi di desa. Namun, di tahun 1970-an, tersebar kabar bahwa Soeharto adalah keturunan keraton. Namun, Soeharto membantahnya. Soeharto mengaku dekat dengan penderitaan. “Saya mengalami banyak penderitaan yang mungkin tak dialami orang lain,” katanya.
Penulis biografi kritis Soeharto dari Australia, Robert E Elson berpendapat, penderitaan tersebut mengembangkan sifat keras dan ulet dalam diri Soeharto. Soeharto juga berhati-hati untuk tergantung kepada orang lain, dan lebih menyukai hubungan dekat dalam lingkup kecil di mana dia menjadi figur dominan.
Soeharto bisa menyelesaikan sekolah menengahnya pada usia 18 tahun. Prestasi belajarnya biasa-biasa saja. Sekolah bukan hal menarik baginya. “Dia juga tidak terstimulasi gagasan intelektual atau oleh pentingnya konteks yang lebih luas di mana dia hidup…dan jelas tak terpengaruh oleh kegiatan gerakan perjuangan nasionalis Indonesia tahun 1920-an dan 1930-an,” kata Elson.
Dasar hidup Soeharto, menurut Elson, adalah pandangan dunia pedesaan dan kota kecil Jawa Tengah, sempit dengan batas-batas sosial yang pasti dan terbatas. Jika sebagian besar pemimpin dan pemikir republik ini lebih dekat dengan tradisi rasionalisme, terutama Barat, Soeharto justru lebih dekat dengan nalar mistis Jawa. Majalah Tempo menulis cerita, bagaimana sejak muda, Soeharto gemar bersemedi di sejumlah gua keramat. Di Gua Semar, yang terletak di Pegunungan Dieng, konon ia menerima wangsit untuk menjadi pemimpin.
Soeharto merintis karier militer dengan bergabung ke KNIL (Koninklijk Nederlansche Indie Leger), sebuah organ tentara bentukan Belanda, tahun 1940. Elson memujinya sebagai serdadu cerdas dan baik. Soeharto adalah orang lapangan dan tahun 1942 sudah mendapat pangkat sersan. Tahun 1943, saat Jepang berkuasa, ia mendapat posisi komandan kompi PETA (Pembela Tana Air) dan dikenal sebagai sosok yang efisien dan dapat diandalkan.
Setelah Indonesia merdeka, karier militer Soeharto naik daun. Ia menjadi salah satu pasukan yang membasmi pemberontakan eks-KNIL di Sulawesi Selatan. Tahun 1956, ia menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Desember 1960, ia sudah berpangkat brigadir jenderal, dan tahun 1962 dipromosikan menjadi mayor jenderal dan menjadi Panglima Mandala Operasi Pembebasan Irian Barat. Tahun 1965, ia diangkat menjadi Wakil Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), dan tampil menjadi tokoh utama menggantikan Soekarno di tampuk kepresidenan.
Bertindak dengan Keyakinan
Di mata ilmuwan Kuntowijoyo, Soeharto adalah pemimpin yang mendasarkan diri pada an act of faith atau perbuatan berdasarkan keyakinan, bukan berdasarkan nalar. Sebagaimana dikutip Tempo dari OG Roeder, Soeharto yakin saat bertindak mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat. “Saya bertindak atas keyakinan saya sendiri,” katanya.
Soeharto meyakini keputusan untuk membasmi Gerakan 30 September yang diduganya didalangi Partai Komunis Indonesia. Mantan Komandan Pasukan Khusus Wismoyo Arismunandar mengatakan, falsafah Jawa Soeharto adalah alon-alon asal kelakon. “Falsafah yang satu ini…bukan ‘melaksanakan dengan pelan-pelan’ melainkan ‘melakukan sesuatu dengan yakin dan berlandaskan kebenaran’. Pak Harto merealisasikannya dengan sikap dan perilaku yang mantap,” katanya.
Soeharto berpesan kepada Wismoyo saat masih berpangkat mayor. “Kalau kamu ingin menjadi pribadi yang maju, kamu harus pandai mengenal apa yang terjadi, pandai melihat, pandai mendengar, dan pandai menganalisis,” katanya.
Ajudan Soeharto, Suryadi, sering melihat sang presiden membuat disposisi kebijakan yang berbeda dari informasi yang masuk. Soeharto beralasan, banyak faktor yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan. “Ini keputusan berskala nasional,” kata sang presiden.
Keyakinan itu pula yang membuat Soeharto berani mengambil risiko. Tahun 1995, saat Semenanjung Balkan tengah bergolak, ia pamit kepada Presiden Kroasia untuk berkunjung ke Sarajevo, Ibu Kota Bosnia. Padahal saat itu pasukan khusus Persatuan Bangsa-Bangsa baru saja ditembaki di wilayah sana. “Kita ini pemimpin Negara Nonblok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang, ya kita datang saja. Kita tengok,” katanya.
Keyakinan Soeharto bertindak, boleh jadi dibentuk pengalaman militernya puluhan tahun. Dalam dunia militer, ada kalanya prajurit tak boleh hanya mengandalkan taktik, tapi juga insting. Dan insting harus dilakukan dengan keyakinan zonder keraguan, seperti salah satu semboyan militer: jika ragu-ragu lebih baik kembali.
Tentu saja, insting dan keyakinan didapat dengan kemampuan mengenali situasi. Keyakinan Soeharto dalam mengambil sikap terpancar dari bahasa tubuhnya. “Pak Harto itu, bahasa tubuhnya dan bahasa kata-katanya padat. Kalau ketemu dia, dirasakan sekali kepadatan dan wibawanya dan kata-katanya,” kata Juwono Sudarsono, mantan menteri, sebagaimana dikutip Tjipta Lesmana.
AM Hendropriyono, mantan Menteri Transmigrasi mengatakan, jika Soeharto berketetapan ‘A’, harus ‘A’ yang dilaksanakan. Tidak ada tawar-menawar. Namun, ia berani membela saat menterinya dikritik dan dikecam karena suatu kebijakan. “…Nggak usah ngadu pun, Pak Harto dengar kalau salah seorang menterinya disalah-salahi. Pak Harto bilang, ‘saya yang suruh’,” kata Hendropriyono. [bersambung]
 
 

Rabu, 23 Mei 2012

haa iki : KPAI Tolak Konser Lady Gaga

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/22/m4fd1p-kpai-tolak-konser-lady-gaga

Selasa, 22 Mei 2012, 19:51 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menolak konser penyanyi pop dari Amerika Serikat, Lady Gaga akan digelar di Jakarta. KPAI menilai konser tersebut dapat menimbulkan demoralisasi anak bangsa.

Menurut Wakil Ketua KPAI, Asrorun Niam Sholeh di Jakarta, Selasa, Big Daddy sebagai promotor mendorong pelajar menonton konser itu dengan pemberian insentif khusus berupa kelonggaran dan kemudahan memperoleh tiket pertunjukan.

"Yang saya ketahui, promotor pertunjukan melalui 'media relationnya' menegaskan, pembelian tiket untuk pelajar boleh dicicil setengah harga. Ini jelas demoralisasi anak bangsa," katanya.

Ia mengemukakan, saat ini fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak sekolah yang harus drop out, bahkan untuk sekadar memperoleh makan saja susah, namun justru diiming-imingi kehidupan yang hedonis.

"Alih-alih memberikan hiburan justru menjerumuskan anak pada budaya hedonis. Ini bertentangan dengan perlindungan anak yang kita bangun," kata komisioner KPAI yang juga membidangi urusan budaya tersebut.

Dia mengatakan, di satu sisi banyak anak-anak yang berjuang keras untuk mempertahankan eksistensi, tetapi di sisi lain ada kelompok masyarakat yang berhura-hura, nyaris tidak memiliki empati terhadap saudaranya yang kekurangan.

Prinsip perlindungan anak, katanya, adalah pemenuhan hak-hak dasar anak untuk tumbuh dan berkembang dengan senantiasa berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa. "Konser tersebut akan mengoyak ketahanan kita sebagai bangsa, dan bertentangan dengan prinsip perlindungan anak," katanya.

Pihaknya minta kepolisian menjadikan pertimbangan prinsip perlindungan anak, khususnya menyangkut aspek ketahanan budaya dan pencegahan terhadap gaya hidup hedonisme yang tersemai kepada anak sebagai salah satu variabel dalam penolakan konser. "Konser ini jauh lebih banyak madaratnya bagi anak bangsa", kata Niam.
Redaktur: Taufik Rachman
Sumber: antara

Selasa, 22 Mei 2012

haa iki : MUI: Konser Lady Gaga tak Punya Nilai Sensitivitas

sumber : http://nasional.inilah.com/read/detail/1863565/mui-konser-lady-gaga-tak-punya-nilai-sensitivitas

MUI: Konser Lady Gaga tak Punya Nilai Sensitivitas

Oleh: Sumitro
nasional - Selasa, 22 Mei 2012 | 13:00 WIB 
 
INILAH.COM, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak akan pernah memberikan kompromi terhadap aktivitas dan perilaku yang bisa mendegradasi moral bangsa atas nama apapun, termasuk rencana konser Lady Gaga di Indonesia. Apalagi di tengah proses konsolidasi pembangunan bangsa, dimana masih banyak masyarakat berada di bawah garis kemiskinan.

"Kondisi masyarakat kesusahan seperti ini, kemudian yang lain melakukan pesta hura-hura. Sekian miliar dihabiskan yang keuntungan ekonomisnya disedot hanya untuk kepentingan segelintir orang yang atas nama kebebasan, atas nama seni tanpa batas," jelas Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh di kantornya, Selasa (22/5/2012).

"Ini menghisap kekayaan masyarakat Indonesia dan juga mengambil keuntungan semata dari masyarakat Indonesia. Saya kira ini (konser Lady Gaga) tidak mempunyai nilai sensitivitas," tegas dia.

Seni, lanjut Asrorun, sifatnya adalah universal. Setiap orang memiliki jiwa seni sendiri-sendiri. Namun, jika seni dilakukan dengan mengekploitasi diri dan disertai hura-hura, menurut dia, jelas bertentangan dengan nilai-nilai seni itu sendiri.

Dari sudut kepentingan ekonomis tersebut, secara prinsip ekonomi kerakyatan jelas bertentangan dengan prinsip kebangsaan. Dari sisi pemikiran, lanjut Asrorun, rencana konser Lady Gaga juga bertentangan dengan prinsip kehidupan berbangsa. Adapun dari sisi agama, nilai-nilai liberalisme yang melekat pada ikon Lady Gaga jelas-jelas bertentangan karena liberalisme memahami agama tanpa batas dan ketentuan yang baku.

"Liberalisme budaya meniscayakan kebebasan ekspresi yang seolah-olah atas nama seni, padahal itu adalah kapitalisasi dan juga eksploitasi," tambah Asrorun. [yeh]

haa iki : Sidak Dahlan ke ATC Bandara, Hasilnya Kecewa

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/092405263/p-Sidak-Dahlan-ke-ATC-Bandara-Hasilnya-Kecewa

TEMPO.CO , Jakarta:- Tiga bulan sebelum manajemen lalu lintas udara di Bandara Udara Soekarno Hatta jadi sorotan pascatragedi Sukhoi Superjet 100, sesungguhnya kantor Menara Air Traffic Control Angkasa Pura II itu sudah jadi sasaran inspeksi mendadak Dahlan Iskan. Menteri Badan Usaha Milik Negara itu tiba-tiba saja muncul di menara, dan hasilnya, dia yang terkaget-kaget sendiri. "Saya kecewa" kata Dahlan Iskan kepada Tempo yang menemuinya, Rabu pagi 16 Mei 2012 lalu.

Inspeksi mendadak itu terjadi Ahad pagi, pertengahan Februari lalu. Dahlan tak sendiri kala itu, tapi bersama bekas anak buahnya, mantan wartawan Jawa Pos Siti Ita Nasyiah.

Tak mudah pula bagi Dahlan untuk masuk kawasan menara yang dijaga superketat itu. Sang Menteri sempat dicegat satpam, bahkan juga diuber penjaga.Menurut Ita, sebelum masuk  menara ATC, Dahlan sempat berkeliling ke berbagai ruangan. Sang menteri juga terkaget melihat banyak ruangan kosong. Dan beratnya, Dahlan menemukan banyak asap rokok dimana-mana.

Di lantai dua misalnya, terlihat asbak setinggi satu meter. Beberapa tempat abu juga berserak di meja-meja petugas. Ada juga wadah sterofoam mi instan dan plastik sisa makanan. Padahal, di pintu masuk menara tertulis: ruangan steril. Dan tulisan itu pula yang membuat Dahlan mencopot sepatu sebelum masuk.

Temuan lain, sejumlah petugas asik memainkan telepon genggam. Padahal kegiatan itu, haram dilakukan karena mampu mengganggu kerja komputer dan alat navigasi.(baca:Centang-perenang Menara Pengawas Pesawat (ATC))

Lalu apa yang ditemukan Dahlan di pusat menara pengatur lalu lintas yang dikenal steril itu? Dahlan terkaget karena ruangan itu juga dipenuhi kabut nikotin. Sang menteri bahkan memergoki satu petugas tetap asik merokok. " Petugas itu buru-buru matikan rokok sambil minta maaf" kata Ita. " Petugas itu tak mengenali kalau itu Pak Menteri yang membawahi semua perusahaan negara, termasuk Angkasa Pura II"

Di Menara itu, Dahlan sempat bertanya soal asbak dan puntung rokok di sebagian ruang pengontrol. Seorang staf menjawab, tekanan kerja membuat staf stres dan harus merokok. Apalagi, saat itu cuaca sedang buruk sehingga tekanan kerja makin berat. Saat stres, petugas biasa menggebrak-gebrak meja di ruang pengontrol. (baca:Petugas ATC Tak Menyadari Sukhoi Menghilang?)

Lalu apa kata Dahlan? “Kalau stres jangan bekerja di sini. Kalau mau gebrak-gebrak, bikin saja orkes,” kata Ita menirukan ucapan Dahlan. Pun Dahlan menyindir ruangan pengontrol tak ubahnya restoran yang menyajikan berbagai makanan.

Kepada Majalah Tempo, Dahlan mengaku kaget dengan kondisi ruang pengontrol lalu lintas udara. Ia menilai tekanan kerja tak bisa menjadi alasan para petugas merokok di dalam ruangan. Apalagi, setiap dua jam kerja petugas harus beristirahat selama 45 menit. Ia langsung menghubungi direksi Angkasa Pura II. “Tentu saja saya kecewa,” katanya.

Deputi Senior General Manager PT Angkasa Pura II Mulya Abdi mengakui ada bawahannya ketahuan merokok saat Dahlan berkunjung. Tapi, ia membantah para petugas makan di ruangan dan menggunakan telepon genggam. “Sekarang sudah tidak ada lagi yang merokok. Ruangan itu steril,” katanya.


PRAMONO, AFRILIA SURYANIS, WAHYU MURYADI

Rabu, 16 Mei 2012

haa aku iso posting meneh

halo apa kabar? akhirnya aku iso maning posting ning blog
semoga semua menjadi semakin baek!!!!